Mohon tunggu...
steven tamstil
steven tamstil Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru and penulis yang memiliki banyak hobby

Telah bekerja sebagai graphic designer and telah menjadi guru dan menjadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Penyihir dari Axtraliz - Chapter 9

3 Februari 2020   09:34 Diperbarui: 3 Februari 2020   10:02 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Chapter 9 : Sang Penjaga Gunung Zenox

Aku terbangun dan melihat Estephania sedang menulis dan menggambar. Aku melihat sekeliling aku dan aku sadar bahwa aku ada di dalam kelas aku yaitu kelas 3A. Kelas yang diujung dekat sudut. 

Orang-orang bilang kelas A dikenal sebagai kelas yang penuh dengan anak-anak yang pintar tapi banyak masalah. Kelas kami berdua selalu rebut terus meskipun ada guru yang masuk. Meskipun kelas yang ramai kayak begitu, Estephania tetap menulis dan menggambar. 

Dia tidak perduli akan kegaduhan di dalam kelas. Dia tetap konstrasi kepada dunia dia. Aku sadar bahwa dia bisa multitasking. Dia bisa menggambar menggambar di tangan kanan dan dia bisa menulis di tangan kirinya. \Dia pernah berkata bahwa dia itu kidal, tapi dia belajar mengunakan tangan kanan dia. Dia berkata bahwa sangat disayangkan kalau tangan kiri yang berfungsi ini tidak digunakan lagi. Itu sebabnya dia mengunakan kedua tangannya untuk menciptakan sebuah cerita dan dunia yang dia ciptakan. 

Estephania menatap aku yang telah bangun dari tidur siang aku dan berkata," Selamat siang, Step. Sudah pulas tidurnya?" 

"Estephania?"

Aku perlahan-lahan berpikir, bahwa petualangan itu adalah cuma mimpi saja. Aku mulai tenangkan pikiranku. Segala sesuatu hanya sebuah mimpi. 

"Itu bukan mimpi. Sekarang kamu di dalam mimpi." Estephania berkata dengan nada biasa dan senyum. 

Kata-kata yang dikeluarkan itu membuat aku merinding dan terkejut. Aku menatap dia dengan mataku melotot. 

"Kamu masih di dalam dunia Axtraliz. Kamu harus mendapat kunci itu untuk kembali ke dunia kamu." 

"Tapi kunci telah direbut oleh Yexenia."

"Kunci bukan yang terpenting, tapi lubang kunci yang terpenting."

"Dimana lubang kunci itu? Di gunung Zenox?"

"Cari tahu sendiri. Lubang kunci itu ada dimana-mana."

Estephania berkata dalam sebuah teka-teki yang tidak jelas. Ini kata-kata yang membingungkan. 

"Maksudmu dimana-mana?"

-------0-------

Aku mendengar suara Con-con memanggilku. Suara dia terus-menerus memanggilku  seperti radio rusak. 

Aku terbangun dari mimpi dan sadar bahwa aku di ada tempat yang sangat dingin dan bersalju. 

"Dimana aku?" Aku sambil melihat sekitarnya. 

Aku berada di puncak pegunungan es yang sangat tinggi.  Semua pegunungan tertutup oleh es, seperti pemandangan gunung es yang aku sering lihat di gambar-gambar atau televisi. Aku bisa merasakan salju yang sangat dingin sekali. 

"Kita kirim ke pegunungan sini setelah kita keluar dari istana kerajaan Mortaz." Greenny berkata. 

"Pegunungan es ini?" 

"Pegunungan ini adalah jalan menuju ke gunung Zenox." Greenny menjawab sekali lagi. 

Con-con berubah menjadi jubah untuk menghangatkan diriku. 

"Kamu tahu jalan menuju ke gunung Zenox?" 

"Rasanya aku mengetahui menuju ke gunung."

"Bagaimana kamu tahu?"

"Aku sendiri tidak tahu.  Aku rasanya pernah ke sana menuju jalan ini."  Greenny menjawab sekali lagi. Kata-kata ini menjadi sebuah tanda tanya bagi aku sendiri. Aku merasa sesuatu misteri belum terpecahkan. Aku teringat akan cermin di ruang mawar itu. 

Greenny mengucapkan sebuah mantra dan mengeluarkan api ditangannya dan api kecil tersebut melayang diatas kami dan membentuk pelindung transparant. Setelah kami ditutupi oleh pelindung ini, kami merasakan kehangatan. Kami langsung melanjutkan perjalan perlahan-lahan. Pelindungin ini juga melindungi kami dari angin kencang badai salju. Kami berjalan perlahan-lahan tanpa merasakan kedinginan. 

Aku juga melihat beberapa bunga mekar di pegunungan es. Bunga tersebut memiliki mahkota bunga yang transparant seperti Kristal es yang mengkilap. Aku juga melihat beberapa binatang berkeliaran sekitar pegunungan es. Makhluk itu terlihat seperti tupai yang berwarna perak dan memiliki sepasang mata yang berwarna biru tua seperti batu safir biru. Mereka memakan buah-buah Kristal yang bergantungan di semak-semak Kristal. 

"Buah itu tidak boleh dimakan. Beracun bagi kita. Cuma mereka yang bisa makan. Mereka itu Xizus yang disebut tikus es. Mereka hidup bergelombol untuk mencari makan. Mereka tidak menyukai makhluk lain." Greenny mulai berkata lagi. 

"Apa mereka jinak?"

"Tidak juga. Kalau mereka kelaparan mereka akan memakanan salah satu anggota mereka untuk bertahan hidup."

Aku melihat langit sudah gelap dan aku melihat bunga-bunga Kristal itu mengeluarkan cahaya pada malam hari. Cahaya itu menuntun kita ke sebuah tempat.

"Bunga ini bercahaya untuk menerangi pegunungan ini."

"Bukan bunga-bunga ini disebut Luxis. Mereka ini tumbuhan karnivora. Mereka memancing makhluk yang tertarik dengan cahaya." 

Aku melihat Xizus menuju salah satu bunga tersebut, dan bunga tersebut langsung melahap dengan cepat.

"Kita masih di Mortaz. Makhluk-makhluk di sini masih tidak ramah seperti kamu temui di Xeo. Sebagian masih buas dan suka menyerang."

Tiba-tiba kami dihalang oleh seekor serigala albino. Serigala tersebut dapat menyembunyikan dirinya seperti bunglon. Bulunya berubah-ubah warna seperti warna pelangi. 

Salah satu serigala menyerang dibelakang kami, tanpa pengetahuan kami. Akan tetapi, kami dilindungi oleh sihir pelindung ini.  Serigala-serigala ini dapat memanjat tebing-tebing seperti seekor tikus atau kucing. 

"Yoxulz." Greenny menyebutkan nama makhluk tersebut. 

"Mereka....."

"Mereka binatang buas suka menyerang dalam kelompok. Mereka suka menyerang tiba-tiba dan mereka tunggu sampai mangsa mereka lenggah."

Mereka melompat sambil mengcakar dan menggigit pelindung sihir kami. Mereka sangat agresif hingga pelindung kita mulai terlihat akan retak. 

Greenny menahan dengan kekuatan sihirnya. Mereka tetap berdatangan dan sangat banyak sekali, aku merasakan sekitar 20 makhluk itu menyerang. 

Tiba-tiba tumbuhan menjalar menyerang para Yoxulz. Salah satu tumbuhan itu membelit mereka dan ada memukul mereka dengan jalar mereka yang besar dan tebal. Salah satu jalar itu memecut binatang-binatang tersebut untuk bubar dan menjauh dari kita. 

Di tengah-tengah tumbuhan menjalar itu terdapat figur manusia yang memakai jubah yang besar. Dia berdiri bersama dengan lentera yang mengambang. Lentera terbuat dari tanaman menjalar. 

Setelah makhluk-makhluk buas itu pergi, sang penolong kami tidak berkata apa-apa cuma menyuruh kami untuk mengikuti dia. 

Kami mengikuti dia, ternyata tempatnya tidak terlalu jauh. Penolong kami ini tinggal di sebuah pondok yang kecil yang hangat penuh dengan buku-buku, ramu-ramuan, lilin-lilin, cairan kimia, dll. Aku merasa sang penolong kami ini adalah seorang penyihir. 

"Kamu tinggal sendirian di sini?" Aku bertanya kepada dia setelah kami masuk ke dalam pondoknya. 

Dia membuka jubahnya dan menunjukan wujudnya. Wujud penolong kita adalah seorang wanita cantik yang memiliki 1 sayap di sebelah kanannya. Salah satu sayapnya patah atau putus. Wanita itu memiliki sepasang tanduk, akan tetapi tanduk kirinya telah patah. Matanya kirinya juga buta yang ditutup oleh perban yang bergambar bunga.  Wanita ini memiliki rambut biru muda seperti warna langit yang panjang sebahunya. Kaki wanita ini bukanlah kaki manusia melainkan kaki seekor kambing atau kuda. 

Makhluk cantik ini menyiapkan sup yang panas yang dia panaskan dia api unggun. Dia juga mengambil beberapa bumbu dan ramuan yang dia masukan ke dalam sup tersebut. Setelah dicampur oleh ramuan tersebut, sup itu mengeluarkan bau yang aneh. 

Dia mulai membagikan sup itu kepada kami semua. Aku mulai sup tersebut berwarna hijau kental dan terdapat tulang kepala binatang yang mengambang keluar diatas sup. Tulang binatang itu terlihat seperti kepala tikus. Aku rasanya mau muntah melihat sup tersebut. 

Con-con dan Greenny tetap memakan sup tersebut dengan lahap. Rasanya mereka tidak peduli bentuk makanan tersebut dan mereka sangat kelaparan. 

"Nama kamu siapa?"

"Dia tidak berbicara. Dia bisu." Greenny berkata langsung. 

"Dia seorang Pax. Orang-orang mereka ini hidup terisolasi dari dunia Axtraliz. Mereka hidup menjaga gunung Zenox. Ras mereka ini memiliki bersayap  dan mereka dapat terbang. Salah satu mereka akan dipilih akan menjadi penjaga gunung Zenox. dan mereka berjanji menjadi penjaga gunung ini, mereka mematahkan tanduk, sayap dan membutakan mata mereka bagai tanda perjanjian. Mereka tidak diijinkan berkata apa-apa.  Pax ini bisa hidup di dunia Mortaz dan Xeo. Mereka adalah warga asli Axtraliz sebenarnya. "

"Untuk apa dia menjaga gunung Zenox?"

"Dia menunggu Melta untuk menuju ke gunung Zenox." 

"Bagaimana kamu tahu tentang semua itu?"

"Bukan aku yang berbicara. Pax ini mengirim informasi ke dalam otakku dan mengunakan aku sebagai penerjemah. Dia mengunakan mulut aku untuk berbicara."

"Kalau begitu aku boleh bertanya nama kamu?"

Greenny berdiam dan tidak berkata apa-apa. 

"Nama dia siapa, Greenny?"

"Namanya bukan dalam bahasa Axtraliz. Aku susah menyebutkan namanya. Bahasa yang asing." 

Dia mulia berdiri dan mengambil sebuah bola Kristal. 

"Dia bilang kamu harus menghabiskan sup itu. Saya tahu kamu tidak suka sup buatan saya. Kamu perlu makan untuk melanjutkan perjalanan kamu untuk besok." 

"Kamu menunggu sang penyihir untuk apa?" 

"Pertanyaan itu akan dijawab besok. Cepat habiskan sup itu." 

Aku terpaksa menghabiskan sup aneh itu. Sejujurnya sup tersebut juga memiliki rasa aneh juga, seperti makan tanah campur daging mentah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun