sastra Indonesia merupakan upaya mempelajari sejarah sastra berbahasa Indonesia yang membahas semua terkait sastra. Dalam mempelajari sejarah sastra berbahasa Indonesia, seseorang akan mengetahui lebih dalam mengenai kesusastraan Indonesia dan periodisasi sastra.Â
SejarahSelain itu, sejarah sastra berbahasa Indonesia juga membahas terkait tokoh-tokoh Indonesia yang berperan penting terhadap berkembangnya kesusastraan Indonesia, serta karya sastra yang dihasilkan dari sastrawan Indonesia.
Karya sastra merupakan pemikiran atau gagasan dari seorang sastrawan yang kemudian dituangkan melalui tulisan yang mengandung nilai estetika, baik berupa ilmu pengetahuan, fiksi, maupun non fiksi. Contoh karya sastra yaitu prosa, sajak, puisi, cerita pendek, novel, naskah drama, kritik, dan masih banyak lainnya. Karakteristik dan ciri karya sastra sebelum kemerdekaan dan karya sastra sesudah kemerdekaan Indonesia sangatlah berbeda. Mulai dari gaya bahasa, tema, gaya penulisan, diksi, hingga alur.Â
Berikut ini disajikan empat perbedaan menarik karya sastra sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia.
1. Inspirasi Dibuatnya Karya Sastra
Karya sastra yang dibuat oleh sastrawan pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia atau sebelum tahun 1945 pada umumnya terinspirasi dari kisah nyata. Masalah terkait dengan kehidupan masyarakat pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia, seperti nasionalisme bangsa Indonesia, protes politik dan budaya, cita-cita kebangsaan, hingga masalah terkait isu keagamaan.
Berbeda dengan karya sastra yang dibuat sesudah kemerdekaan Indonesia yang tak jarang berasal dari khayalan seseorang. Apalagi pada zaman sekarang ini yang tak jarang karya sastranya bergenre fantasi dan misteri, yang tentu saja Â
2. Corak Karya Sastra
Berbeda dengan sebelum kemerdekaan Indonesia yang masih tradisional, pada periode 2000-an, karya sastra sudah memiliki corak yang modern serta corak yang baru dalam prosa, drama, maupun perfilman.Â
Sastra pada periode 2000-an mengalami perkembangan yang signifikan dan beragam, serta karya sastra zaman sekarang tak jarang disesuaikan dengan selera publik atau disebut karya populer.
3. Media Penyaluran Karya Sastra
Pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia, karya sastra biasanya disalurkan melalui media massa tercetak, seperti majalah, koran, buku, dan media lainnya. Berbeda dengan karya sastra sesudah kemerdekaan yang marak disalurkan lewat media online, seperti YouTube, situs, blog, forum, atau aplikasi menulis (Webtoon, Wattpad, PluMe, Cabaca).
4. Sastrawan Karya SastraÂ
Sastrawan Indonesia sebelum kemerdekaan didominasi oleh pria, seperti Amir Hamzah, Marah Rusli, H.B. Jasin, M. Kasim, Armijn Pane, Asrul Sani, Ali Hasymi, dan masih banyak lainnya.Â
Berbeda dengan masa sesudah kemerdekaan mulai tahun 70-an yang tidak lagi didominasi oleh sastrawan pria, banyak sastrawan dan pengarang wanita yang menghasilkan karya sastra yang luar biasa, seperti La Rose, Titik W.S., Mira W, Ike Supomo, Maria Sardjono, N.H. Dini, dan masih banyak lainnya. Selain itu, ada juga sastrawan wanita yang populer di era digital ini seperti Luluk HF, Valerie Patkar, Nafisya Kaila Akbar, dan sastrawan lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H