Biografi Singkat
Sebenarnya, asal muasal Syekh Siti Jenar belum jelas. Menurut KH. Shahibul Faraji Ar-rabbani, nama asli Syekh Siti Jenar adalah Sayyid Hasan Ali Al Husaini. uniknya, beliau masih satu keturunan dengan Rasulullah.
Saat dewasa, beliau mendapat gelar Syekh Abdul Jalil atau Raden Abdul Jalil. Ia adalah putra Syekh Datuk Saleh, sepupu dari Syekh Datuk Kahfi, tokoh islam terkemuka di Jawa Barat. Syekh Siti Jenar hidup pada abad ke-16 dan lahir di sebuah tempat yang sekarang bernama Cirebon. Beliau juga pernah menuntut ilmu di persia dan Baghdad.
Terlepas dari beragam versi mengenai asal usulnya, Syekh Siti Jenar juga sempat menjadi anggota walisongo atas rekomendasi Sunan Ampel. Ketika beliau telah kembali ke nusantara, beliau juga pernah mendirikan sebuah pesantren yang dikenal dengan nama pesantren Lemah Abang.
Disana, beliau lebih memfokuskan pendidikan tasawuf, namun meski begitu, beliau menggunakan metodologi pembelajaran yang ampuh dizamannya, karena beliau meniru model pendidikan yang beliau dapatkan selama di Baghdad. Berkat keampuhan metode belajar beliau, membuat pamor nama pesantren dan beliau sendiri kian naik.
Disamping mengurus pesantren, beliau juga aktif berdakwah ke beberapa daerah di Pasundan dan Jawa Tengah, dan beliau disambut baik oleh penguasa daerah setempat. Dan ada pula yang berikrar menjadi murid beliau, salah satunya adalah Ki Ageng Pengging.
Kelak, ketika Ki Ageng Pengging dicurigai memberontak ke kesultanan Demak, membuat Syekh Siti Jenar juga ikut terseret didalamnya. Lalu pada akhirnya, keduanya tewas dieksekusi oleh kesultanan.
Sebab-sebab dieksekusinya Syekh Siti Jenar ada beragam versi. Versi pertama, dalam sudut pandang politik, Syekh Siti Jenar dianggap berkomplot dan mendukung Ki Agemg Pengging yang memberontak ke kesultanan Demak.
Versi kedua, Syekh Siti Jenar dianggap menyebarkan ajaran Al-Hallaj tentang konsep Wihdatul Wujud.atau manunggaling kawulo ing gusti sehingga masyarakat menjadi resah. Lalu apa sebenarnya pemikiran yang dicanangkan oleh Siti Jenar?
Pemikiran dan Pengembangan Tasawuf Syekh Siti Jenar
Menurut Abdul Munir Mulkhan, seorang guru besar sosiologi agama UIN Yogyakarta, pemikiran syekh siti jenar dapat dibagi ke beberapa ajaran utama, antara lain tentang tuhan, hidup dan mati, jalan mengenal tuhan, dan bagaimana menjalani kehidupan di dunia ini.
Dalam pandangan Siti jenar, seluruh pandangan beliau ini bersumber dari gagasan sentral ketuhanan. Pandangan beliau tentang tuhan, erat kaitannya dengan konsep manunggaling kawula gusti.
Konsep ini secara teologis menjelaskan tata gambaran hubungan manusia dengan tuhan, secara sosiologis antara manusia dengan manusia, dan secara ekologis antar manusia dengan lingkungan sekitarnya. Dalam pandangannya, tuhan itu adalah wujud yang tak dapat dilihat oleh mata. Ia memiliki dua puluh sifat yang indah, yang menyerupai bintang-bintang.
Selanjutnya, Jenar menganggap Hyang Widhi (Tuhan) itu serupa dengan dirinya. Ia menganggap bahwa dirinya adalah jelmaan zat Tuhan yang memiliki dua puluh sifat. Oleh karena itu, Jenar menganggap bahwa dirinya memiliki kesempurnaan sebagaimana Tuhan.
Mengenai citra manusia menurut Jenar, ia percaya bahwa orang-orang dengan alam yang sempurna akan lahir di Bumi atas nama Allah. Jenar mengajarkan, bahwa dengan seseorang menyadari bahwa manusia adalah wakil Tuhan di muka bumi, dia berkata ”…maka masing-masing dari kalian adalah perintah hukum Tuhan (Syariah) berdasarkan firman Allah dan teladan Rasulullah. Kalian harus taat.” Disini, Jenar menekankan pemikirannya, yakni humanisasi sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah dahulu.
Pandangan jiwa menurut Jenar ialah suara hati nurani yang merupakan bisikan dari zat Tuhan yang harus ditaati. Selain merupakan ungkapan Tuhan, Jenar juga berpendapat bahwa suara hati adalah penjelmaan Hyang Widi (Tuhan) yang ada di dalam jiwa. Berbeda dengan akal yang selalu berubah-ubah, sebuah jiwa menurut Jenar sifatnya adalah kekal.
Syekh Siti Jenar melihat alam semesta sebagai kosmos besar, sama halnya ketika ia memandang manusisa sebagai kosmos kecil, hakikat diri manusia menurut beliau adalah sesuatu yang besar, karen mewakili zat tuhan yang maha besar pula.
Jenar menganggap alam semesta adalah sesuatu yang hawadits, bisa rusak, dan tidak kekal. Segala sesuatu yang mengalami kerusakan menurut Jenar adalah seperti barang pinjaman yang suatu saat harus dikembalikan kepada Tuhan.
Fungsi akal menurut Syekh Siti Jenar erat hubungannya dengan intuisi. Dan pandangan inilah yang banyak pengaruhnya terhadap pondasi ajaran islam sendiri, yakni lima rukun islam. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa Jenar menganggap akal adalah sesuatu yang tidak sempurna dan bisa berubah-ubah.
Ia juga menganggap bahwa akal dan intuisi seperti pengetahuan mengenai wahyu yang bersifat intuitif. Kemampuan ini muncul bersamaan dengan adanya kesadaran dalam diri seseorang. Inilah sebabnya mengapa Jenar berkesimpulan bahwa pengetahuan mengenai kebenaran ketuhanan akan diperoleh seseorang bersamaan dengan penyadaran diri orang tersebut.
Menurut Widji Saksono, dalam pandangan Jenar, kehidupan didunia sekarang ini tidak lebih dari bentuk kematian. Menurut jenar, orang yang hidup didunia statusnya sama seperti mayit, sebaliknya, kematian bagi Jenar adalah suatu awal kehidupan yang abadi.
Singkatnya, ajaran Jenar yang berkaitan dengan kehidupan adalah bahwa setelah roh manusia terlepas atau keluar dari badan wadagnya atau raganya, ia akan hidup dengan langgeng. Kehidupan abadi tidak dimulai dari lahirnya seseorang ke dunia. Semuanya ia anggap sebagai hal baru yang karenanya tidak abadi. Ia hidup sendiri di mana semuanya berasal dari kehendak pribadinya sendiri.
Dalam hal tindakan manusia, jenar berkesimpulan bahwa tindakan manusia adalah sebagai kehendak Tuhan, sama seperti jabariyah. Namun perlu diperhatikan bahwa hal ini berlaku dalam arti apabila Allah telah bersama seseorang, maka orang itu pasti berbuat baik, dan begitupun sebaliknya. Jenar pada dasarnya juga berpikiran bahwa tindakan manusia adalah kehendak dari manusia itu sendiri.
Tentang Manunggaling Kawula Gusti
Puncak pemikiran Syekh Siti Jenar adalah konsep Manunggaling Kawula Gusti. Perumpamaan manunggaling itu seperti seseorang yang sedang bercermin. Bayangan dalam cermin adalah kawula atau hamba, dan cermin itu sendiri ibarat Tuhan. Ini artinya tuhan masuk ke dalam diri manusia. Tuhan digambarkan memiliki sifat-sifat yang sama dengan manusia dan manusia digambarkan sama dengan Tuhan.
Ulasan Karya Syekh Siti Jenar
Syekh Siti Jenar mempunyai sebuah karya yang berisi ajaran-ajaran beliau yang dikenal dengan nama pupuh. Jumlahnya ada sekitar 140 suluk. Namun, perlu kajian dan penelitian lebih lanjut untuk memahami lebih dalam isinya. Suluk-suluk ini mudah dicari karena sudah banyak yang mendigitalisasinya.
Pengaruh Syekh Siti Jenar Terhadap Ulama Lainnya
Ajaran Jenar memang kontroversial, bahkan tak sedikit dari para ulama waktu itu, khususnya walisongo menganggap sesat ajarannya. Konsepnya yang menyamakan zat Tuhan dengan makhluk memang sangat bertentangan dengan apa yang semestinya diajarkan.
Konsep beliau yang menyatakan bahwa akal bisa berubah-ubah sehingga mempengaruhi pelaksanaan pondasi ajaran islam khususnya rukun islam, seperti shalat lima waktu, syahadat, puasa, zakat, dan bahkan haji juga banyak ditentang oleh ulama-ulama dizamannya.
Masyarakat yang masih awam saat itu tak sedikit pula yang mengikuti ajaran Jenar. Dan akhirnya, beliau dieksekusi setelah putusan sidang yang dijatuhkan oleh dewan walisongo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H