"Ada yang bisa dibantu, Nak?" suara mendamaikan seorang wanita paruh baya terdengar di balik telingaku.
"Oh. Maaf Bibi. Motor saya mogok di atas. Tiba-tiba saja saya terpanggil suara untuk berdoa di makam ini. Jangan marah eee."
"Tidak apa-apa. Kami bersyukur ada yang berdoa kepada nenek moyang kami. Namamu siapa, Nak?"
"Haris.. Haris Tule."
"Astaga. Nama nenek kamu siapa?"
Akupun bingung karena Bibi ini langsung melompat bertanya nama nenekku alih-alih menanyakan nama Ibu ataupun Ayahku yang pengecut itu.
"Eee.. Magdalena Tule. Memang kenapa ee, Bibi?"
"Tuhan Yesus!! Kamu tidak tahu berdoa di makam siapa?"
"Tidak Bibi, motor saya tiba-tiba mogok di atas dan saya terpanggil oleh makam berwarna hijau ini saja."
"Sebentar Bibi ambilkan nisan-nya, sudah lepas dari setahun lalu."
Setelah semenit menunggu di depan pintu, aku melihat Bibi membawa nisan berwarna hitam dalam pelukannya. Ia pun bertanya sesuatu yang menggetarkan tubuhku.