Pensiunnya Luis Suarez dari arena Internasional ternyata berbuntut cukup panjang. Tak butuh waktu lama, El Pistolero langsung mengeluarkan statement yang menyerang Marcelo Bielsa, sang nahkoda La Celeste. Bukannya malah diredam, Federico Valverde mengonfirmasi kebenaran pernyataan Suarez, dan ini jadi sinyal perpecahan di Timnas Uruguay.
Sungguh disayangkan, momentum La Celeste sejak dilatih Marcelo Bielsa sebenarnya sedang lumayan baik. Mereka menjadi peringkat ketiga Copa America 2024, dan kini sedang berada di peringkat ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Conmebol, hanya kalah poin dibanding Arentina dan Kolombia.
Bahkan dari sisi skuad, Uruguay yang sekarang bisa dikatakan cukup banyak (surplus) pemain-pemain top. Generasi seangkatan Federico Valverde, telah tumbuh menjadi pemain penting di klubnya masing-masing.
Berikut adalah pernyataan Luis Suarez yang secara langsung menyerang metode kepelatihan dan komunikasi Marcelo Bielsa.
"Ada situasi yang terjadi di Copa America yang menyakitkan untuk dilihat, yang tidak saya bicarakan demi kebaikan tim,"Â kata Suarez kepada DSports Uruguay yang dikutip dari detiksport.com.
"Itu akan terus terjadi. Para pemain akan mencapai batas dan meledak. Di Copa America, ada pemain yang mengatakan kepada saya 'Luis, saya akan bermain di Copa America dan setelah itu saya tidak akan bermain lagi.' Itu menunjukkan bahwa kita hampir berada dalam situasi sulit."
"Banyak pemain yang mengatur pertemuan (dengan Bielsa) untuk meminta pelatih setidaknya menyapa kami dengan ucapan selamat pagi. Saya melakukan pertemuan lima menit dengannya sebagai pemimpin tim dan pada akhirnya, dia hanya menanggapi dengan ucapan 'terima kasih banyak.'" umbuhnya.
Sayangnya, usai kemunculan kritik dari pencetak gol terbanyak Uruguay sepanjang masa tersebut, performa Uruguay malah jeblok. Dua laga imbang tanpa gol melawan Paraguay dan Venezuela pada bulan September, dilanjutkan kekalahan 0-1 dari tuan rumah Peru pada Sabtu (12/10/2024).
Tak cukup sampai situ, bintang Real Madrid Federico Valverde muncul ke permukaan dan mengonfirmasi pernyataan Luis Suarez adalah benar adanya, sebelum kekalahan melawan Peru.
"Apa yang dikatakan Luis semuanya benar. Ia tidak pernah berbohong dan tidak pernah mengatakan hal-hal yang tidak benar. Ia tidak melebih-lebihkan sama sekali, ia mengatakan hal-hal sebagaimana adanya," ujar Valverde dikutip dari Football Espana via detiksport.com.
Beruntungnya, hasil ini masih membawa mereka menempati posisi ketiga dan hanya terpaut 4 poin dari pemuncak klasemen Argentina. Namun tentu, bukan Marcelo Bielsa jika tidak membuat pernyataan di media. Si gila atau El Loco, julukannya, memang mengakui otoritasnya terganggu sejak muncul interview Luis Suarez.
"Mengenai bagaimana situasi itu memengaruhi saya, saya tidak mengabaikan apa yang terjadi, dan saya tahu bahwa otoritas saya terpengaruh dalam beberapa hal,"Â ujarnya saat persiapan menghadapi Ekuador, dikutip dari tempo.co.
Jadi patut untuk dibahas, bagaimana dampak dari sinyal perpecahan ini akan bermuara bagi Timnas Uruguay ke depannya.
Generasi Emas Timnas Uruguay
Timnas Uruguay, entah mengapa selalu bisa mendapatkan tempat tersendiri di hati pecinta sepak bola. Salah satu sebabnya, adalah beberapa ikon unik Amerika Latin, kerap dihasilkan negara berpenduduk hanya sekitar 3.4 juta jiwa ini.
Enzo Francescoli menjadi sosok elegan yang berhasil mempersembahkan tiga Copa America dalam kurun tahun 1980-1990an. Setelahnya, muncul Alvaro Recoba, yang meski tidak punya prestasi mentereng, tetapi kaki kirinya mampu menyihir jutaan pasang mata.
Lalu ada era Diego Forlan, striker yang dicap mandul ketika dibeli Manchester United, namun menjelma menjadi predator tangguh di La Liga. Bersama dengan generasi muda Luis Suarez, Diego Godin, dan Edinson Cavani, mereka sukses menjadi semifinalis Piala Dunia 2010 plus juara Copa America 2010/2011.
Bisa dikatakan, era generasi emas kini sedang dinikmati oleh La Celeste lagi. Keseimbangan komposisi pemain top di setiap lini tinggal menunggu diakomodir oleh strategi yang tepat untuk menjadi penantang gelar regional maupun dunia.
Kiper Sergio Rochet sebagai pengganti Fernando Muslera kini tengah berkarier di Liga Brasil. Di barisan pertahanan, peringkat ke-11 FIFA ini memiliki Jose Maria Gimenez (Atletico Madrid), Ronald Araujo (Barcelona), Mathias Olivera (Napoli), dan Sentiago Bueno (Wolverhampton).
Di tengah, berbagai tipe pemain mereka miliki. Ada Manuel Ugarte (Manchester United) dan Rodrigo Bentancur (Tottenham Hotspur) sebagai gelandang bertahan. Lalu ada box-to-box kelas dunia dalam sosok Federico Valverde, serta pemain bertipe playmaker yakni Nicolas De La Cruz dan Giorgian de Arrascaeta (keduanya dari klub Flamengo).
Di lini depan, trisula Maxi Araujo (Sporting Lisbon), Facundo Pellistri (Panathinaikos), dan Darwin Nunez (Liverpool) kerap menjadi andalan untuk menjebol jala lawan. Semua pemain ini jika tersedia, menjanjikan sebuah senjata tempur yang siap melibas siapapun lawannya.
Anomali Pelatih Asing yang Membesut La Celeste
Setelah memiliki skuad yang bertabur pemain top, membahas Marcelo Bielsa yang menjadi pelatih Timnas Uruguay, sebenarnya merupakan sebuah anomali.
Sejak tahun 1915, La Celeste hanya pernah dibesut dua pelatih asing yang non berkebangsaan Uruguay. Pertama adalah Daniel Passarella pada kurun 1999 sampai 2001, dan kini ada Marcelo Bielsa yang memimpin sejak Mei 2023. Kebetulan, keduanya sama-sama berasal dari Argentina.
Selain Brasil dan Argentina, salah satu kekuatan besar Amerika Latin yang seperti enggan "mengakui" kehebatan negara lainnya adalah Uruguay. La Celeste merupakan negara yang mempunyai sejarah besar dengan dua gelar Piala Dunia dan 15 kali juara Copa America, jadi wajar jika mereka sebenarnya memiliki egosentris untuk memilih seorang pelatih lokal.
Penunjukkan Marcelo Bielsa memang sempat dipertanyakan. Selain ia berasal dari negara pesaing langsung, "kegilaan" dan kenyentrikan Bielsa sudah termahsyur di seluruh dunia, kendati tak dapat dipungkiri ia merupakan salah satu pelatih kaliber dunia.
Angka yang dihasilkan pendahulunya, Daniel Passarella, menunjukkan data yang kurang sip. Dalam 17 laga menukangi Uruguay, sosok yang pernah mengantar Argentina dua kali juara dunia tersebut hanya menghasilkan 7 menang, 4 seri, dan 6 kali kalah.
Secara permainan, di Copa America kemarin Timnas Uruguay memang menjadi salah satu penampil terbaik bersama dengan Kolombia. Namun sayang, di semifinal mereka gagal mengalahkan James Rodriguez dkk yang bermain dengan 10 pemain.
Namun ketika kalah melawan Peru (12/10/2024), sedikit terlihat bahwa permainan mereka goyah paska isu perpecahan ini. Dominasi 63% penguasaan bola, hanya hasilkan 8 tembakan dengan 3 tepat sasaran ke gawang tim yang menjadi juru kunci klasemen Zona Conmebol. Sebuah sinyal kuat, Bielsa memang mulai kehilangan kendalinya.
Meskipun kemungkinan besar bisa lolos mudah ke Piala Dunia 2026, patut ditunggu, apakah anomali Marcelo Bielsa sebagai pelatih non lokal ini bisa berjalan bagus dan langgeng bagi Timnas Uruguay. Laga kandang melawan Ekuador, Rabu (16/10/2024) besok bisa menjadi salah satu jawabannya.
Salam olahraga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H