"Peristiwa bermula dari kepemimpinan wasit Eko Agus Sugih Harto yang kontroversial. Aksi kontroversial wasit direspons pemain Sulawesi Tengah dengan aksi tak terpuji meninju wasit hingga terkapar dan dilarikan dengan ambulans,"Â tulis PSSI dikutip dari cnnindonesia.
Erick Thohir juga akhirnya mengeluarkan suara, dengan kata "memalukan" menggarisbawahi semua pernyataannya.
"Memalukan. Sangat memalukan. PSSI akan mengusut tuntas peristiwa ini dan akan menjatuhkan sanksi terberat!" ucap Erick Minggu (15/9).
"Pastinya akan dilakukan investigasi mendalam. Indikasi pertandingan yang tidak fair menjadi materi serius yang ditelaah. Pun halnya reaksi pemain yang dipastikan berbuah sanksi yang sangat berat. Ini adalah tindakan kriminal yang punya konsekuensi hukum. Skandal soal keputusan wasit jadi hal lain yang juga punya konsekuensi hukum jika memang ternyata terindikasi diatur oleh oknum tertentu,"Â lanjutnya.
Sudah menjadi jelas, bahwa hasil laga tidak akan berubah dengan kelolosan Aceh karena keputusan walk-out kontingen Sulawesi Tengah. Pun demikian, penyelidikan indikasi suap juga harus dihadapi seluruh pihak di laga ini, terutama Sang Pengadil Eko Agus Sugih Harto.
Dari sisi pemain yang melakukan pelanggaran berat berupa pemukulan, tentu memiliki konsekuensi logisnya sendiri, apapun alasannya.
Naturalisasi Masih Menjadi Sarana "Oplas" Terbaik
Berikutnya di pembahasan terakhir, merupakan opini pribadi dari penulis. Rentetan kisah sepak bola Indonesia di bulan September ini, seperti menyadarkan kembali esensi wajah asli sepak bola lokal kita.
Banyak pihak yang mengaku nasionalis, mengkritisi kebijakan naturalisasi sebagai bentuk jajahan terhadap sepak bola lokal. Namun di ajang internasional, ternyata Timnas Garuda mampu tampil apik di catwalk Piala Asia 2023 dan Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Nah, akhirnya banyak pihak harus sadar, upaya ini harus dibarengi dengan langkah derivatif yang menyeluruh ke akar rumput. Sekembalinya dari catwalk, paras sepak bola Indonesia nampak asli lagi usai dibersihkan dengan kapas, di depan cermin berupa gelaran PON 2024.
Mau menganggap pemain-pemain di laga ini bisa bersaing di level Internasional seperti skuad Timnas sekarang? Kalau di jawab "masih butuh proses", memang mau menunggu sampai kapan?
Dalam podcast dengan Helmi Yahya, ada pendapat obyektif dari wartawan senior M. Nigara. Beliau menjelaskan secara runtut, bahwa prestasi Timnas Indonesia di era Coach Shin Tae-yong ini memang yang terbaik selama karier jurnalistiknya.Â