Dengan menghormati para pejuang bangsa di era lampau, langkah naturalisasi yang sudah jamk dilakukan negara-negara sepakbola maju, akhirnya menjadi salah satu penentu kesuksesan Timnas Indonesia hingga periode ini.
Saya pribadi, menilai langkah naturalisasi masif di era kini merupakan sebuah "operasi plastik" yang sedang dilakukan oleh PSSI. Ingat, musuh utamanya itu di luar, bukan di dalam. Jadi kalau mau maju ke medan pertempuran, tentu harus bermodalkan "paras cantik" dan kegagahan, untuk bisa meraih kemenangan.
M. Nigara juga menyoroti, bahwa dengan adanya pemain diaspora, level kepercayaan diri pemain Timnas Indonesia jauh lebih meningkat dibandingkan masa lalu. Tidak ada kata minder menghadapi badan besar pemain luar negeri, ataupun ketika berdialog dengan pemain lawan.
Kalau oplas terus, pasti ada efek buruknya, dong? Iya. Pasti ada ketergantungan, itu yang dirasakan di dalam makna denotatif.
Maka dari itu, asimilasi strategi jangka pendek PSSI dengan naturalisasi, mau tidak mau juga harus dibantu percepatan fokus pembenahan menyeluruh di sektor sepak bola lokal. Para pendukung, pengkritik, ataupun tenaga luar yang mau "di-naturalisasi" untuk membangun kultur sepak bola lokal Indonesia yang lebih baik harus dikumpulkan.
Jelas tidak bisa hanya berpangku tangan, menunggu bibit-bibit yang ada sekarang ini berubah menjadi buah yang manis.Â
Satu kalimat penutup yang sering kita dengar dari mulut orang tua tentang rahasia memperoleh keturunan yang cantik, "ya, nikah aja dengan bule.."
Asal nanti paspornya Indonesia ya... Salam olahraga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H