An Se-young perlahan mulai nyaman dengan pukulannya, namun ritme Jorji sudah terbentuk dan menutup set pertama dengan 21-11.
Pada set kedua, Jorji leading terlebih dahulu di poin pertama, namun dibalik oleh pemain Korea Selatan berusia 22 tahun tersebut hingga skor 2-5.
Kejar-mengejar poin lalu terjadi. Kondisi fisik An Se-young juga sudah kembali prima. Sementara beberapa unforced-error Jorji membuat interval pertama berakhir 9-11 untuk An Se-young.
An Se-young langsung berlari kencang di 9-14, namun Jorji lalu mendapatkan momen untuk menipiskan skor menjadi 12-14.Â
Ada satu reli terjadi, dimana cukup membuat drop Jorji. Usahanya melakukan penempatan depan-belakang ternyata masih bisa dikembalikan oleh An Se-young dengan gemilang. Sayangnya, justru poin tersebut diberikan mudah oleh Jorji karena pukulannya tersangkut net.
Momen inilah yang membuat An Se-young mendapatkan spirit juaranya. Ia tak terbendung dan menutup set kedua dengan 21-13.
Game penentuan, hanya melanjutkan mentalitas juara yang sudah didapatkan An Se-young di set kedua. Jorji memberikan beberapa perlawanan, terutama penempatan akuratnya ke sisi samping.
Namun An Se-young bisa menjaga konsentrasinya dan tidak banyak melakukan unforced error meski terlihat staminanya juga mulai kedodoran. Laga yang melelahkan ini berakhir dengan keunggulan An Se-young 21-16 setelah pukulannya tak mampu diseberangkan oleh Jorji.
An Se-young tahu, bahwa laga ini sangat berat baginya. Ia sangat mengapresiasi perlawanan dari Gregoria Mariska Tunjung dan merangkul srikandi Indonesia berusia 24 tahun tersebut dan diabadikan dalam sebuah jepretan.
Hasil ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan, sebab secara rekor Jorji tidak pernah menang di tujuh pertemuan dengan An Se-young sebelumnya. Head to head sekarang menjadi semakin lebar, 0-8 untuk keunggulan An Se-young.