Timnas Inggris kembali dekat dengan gelar Piala Eropa yang belum pernah digenggamnya. Setelah menjadi finalis di edisi sebelumnya, The Three Lions menjejak lagi ke semifinal usai kalahkan Swiss dalam drama adu penalti, usai duel berakhir imbang 1-1 di 120' menit.
Pada laga yang dilangsungkan di Esprit Arena, Dusseldrof, Sabtu (6/7/2024) malam WIB, keyakinan seorang Murat Yakin, pelatih Swiss, kepada anak asuhnya yang diharapkan bisa menjadi "Cinderella" di turnamen kali ini, sayang harus pupus melalui babak tos-tosan.
Gol pertama bagi Swiss dibukukan oleh penyerang AS Monaco Breel Embolo di menit 75'. Usai lakukan tiga pergantian pemain sekaligus, Inggris bisa perpanjang nafas ke babak extra time setelah Bukayo Saka samakan skor menit 80'. Tidak ada gol lagi hingga usainya babak tambahan, sehingga adu penalti jadi jalan menentukan pemenangnya.
Dari semua penendang, sayangnya hanya sepakan algojo pertama Swiss, yakni Manuel Akanji, yang tidak masuk karena bisa ditepis Jordan Pickford. Inggris pun menutup adu penalti dengan keunggulan 5-3 usai Trent Alexander-Arnold sukses jadi eksekutor kelima.
Wasit asal Italia Daniele Orsato menjadi pengadil di laga ini. Pilihan yang cukup menarik dari UEFA, mengingat negaranya Italia disingkirkan Swiss pada babak 16 besar lalu dengan skor meyakinkan 0-2.
Formasi Awal Kedua Tim
Gareth Southgate akhirnya merubah formasi timnya, hendak membuktikan bahwa ia bukanlah pelatih miskin taktik. Hampir sama kala menjadi Finalis Euro 2020 lalu, skema 3-4-2-1 menjadi pilihannya.
Jordan Pickford berada di bawah mistar, bersama trio bertahan Kyle Walker, John Stones plus Ezri Konsa. Kemudian lini tengah diisi Bukayo Saka, Kobbie Mainoo, Declan Rice serta Kierran Trippier. Sementrana Jude Bellingham dan Phil Foden bertindak free-role di belakang Harry Kane.Â
Ide dasar dari perubahan ini, adalah memperkecil diameter permainan The Three Lions, ketika saat menyerang ataupun bertahan. Sepuluh pemain selain kiper, diharapkan dalam lingkaran yang compact agar kelebihan skill individu mereka keluar di ruang sempit.
Secara bertahan, jarak yang pendek ini juga memungkinkan pemain Timnas Inggris cepat untuk recovery bola.
Di pihak Swiss, Murat Yakin masih yakin dengan formasi andalannya yang sama 3-4-2-1. Soliditas lini belakang yang dikawal kiper Yann Sommer bersama tiga bek Fabian Schar, Manuel Akanji serta Riccardo Rodriguez tak perlu diragukan.
Dua pemain Bologna, Dan Ndoye plus Michel Aebischer berada di masing-masing flank dengan kecepatannya, mengapit Granit Xhaka dan Remo Freuler. Di lini depan, Ruben Vargas serta Fabian Rieder menjadi pilihan pertama bersama striker gempal Breel Embolo.
Momen Penting Inggris vs Swiss
Nati, julukan Timnas Swiss, awalnya sempat kaget dengan compact-nya posisi pemain Inggris. Namun mereka mencoba memecah dengan umpan bajak, yakni bola dikirim ke tengah dan kemudian langsung di lempar ke sisi lapangan, membuka diameter pemain Inggris.
Sesekali usaha ini berhasil, tetapi Kyle Walker dan Ezri Konsa mempunyai skill bertahan yang cukup sulit diatasi Rieder dan Vargas dalam duel satu lawan satu.
Strategi Gareth Southgate dalam menyerang adalah berusahan mendekatkan Phil Foden dengan Bukayo Saka untuk lakukan set-play di sisi kanan lapangan. Ini mungkin buah evaluasinya, usai kedua pemain skillfull ini cukup terisolir kala dipisahkan dalam formasi 4-2-3-1 dalam empat laga sebelumnya.
Umpan akhir dari kedua pemain ini adalah menuju Harry Kane, Jude Bellingham ataupun Kieran Trippier yang akan muncul dari sisi kiri luar. Namun hingga babak pertama berakhir, masih belum ada satu umpan yang tepat menemui target di depan gawang.
Setali tiga uang, Swiss yang memang wait and see menanggapi pola baru Southgate, terlihat selalu menahan diri ketika menyerang. Transisi cepat baru mereka lakukan, apabila ada pemain Inggris lakukan kesalahan, untuk menciptakan kepanikan di lini belakang The Three Lions.
Babak pertama masih tanpa gol, juga tanpa ada satu tembakan pun dari kedua tim yang mengarah ke gawang. Inggris memang lebih mengancam dengan lima tembakan, tetapi selalu bisa diblok barisan pertahanan Nati.
Di babak kedua, Swiss mulai membuka penyerangannya. Breel Embolo bisa dapatkan ruang menembak di kotak penalti menit 51', namun tendangan memutarnya masih sangat lemah di pelukan Pickford.
Embolo kembali mendapatkan shoot on goal-nya lima menit kemudian. Crossing Riccardo Rodriguez di sisi kiri, sayang hanya mengenai dadanya ketika beradu badan dengan Ezri Konsa. Jordan Pickford pun tak kesulitan mengamankan bola.
Pada fase ini, Swiss terlihat lebih nyaman mainkan bola. Ada indikasi pemain Inggris mulai kelelahan dan stuck karena perubahan strategi Southgate tak membuahkan hasil.Â
Akhirnya, Breel Embolo sukses cetak gol pembuka menit 75'! Fabian Schar memberikan bola ke dalam kotak penalti pada Dan Ndoye, yang segera lakukan umpan tarik di depan gawang. John Stones sempat menyentuh sedikit bola untuk mempertajam arah, namun Breel Embolo sudah sigap lakukan sentuhan di tiang jauh.
Sebuah keyakinan dari pelatih Murat Yakin terhadap rencana awalnya. Ia tidak terpancing dengan pola baru Inggris, namun tetap menunggu momen tepat untuk melukai sang lawan.
Reaksi segera dilakukan Southgate dengan memasukkan Cole Palmer, Luke Shaw dan Eberechi Eze untuk gantikan Mainoo, Trippier serta Ezri Konsa.
Hasilnya langsung terlihat, Bukayo Saka cetak gol penyama menit 80'! Declan Rice memberi umpan melebar kepada Bukayo Saka di sisi kanan. Rekan setimnya di Arsenal ini kemudian lakukan pergerakan cut-in ke depan kotak penalti, disusul tembakan terukur ke kanan gawang Yann Sommer.Â
Dengan skema yang hampir sama di sisi kanan, Eberechi Eze hampir membalik keadaan menit 88'. Namun tendangan pemain Crystal Palace ini masih kurang terkontrol ke sisi kanan gawang Yann Sommer. Babak kedua berakhir dan kini menuju ke extra-time.
Dengan surplus penyerangnya usai pergantian di akhir babak kedua tadi, Inggris lebih berinisiatif menyerang di babak tambahan ini. Menit 95' Declan Rice lancarkan tendangan keras dari luar kotak penalti yang susah payah dihalau Yann Sommer.Â
Taktik defensive dilakukan Murat Yakin, dengan memasukkan ex Juventus dan Chelsea, Denis Zakaria untuk gantikan Dan Ndoye. Adu penalti sepertinya diincar oleh pelatih stylish ini sebagai strategi singkirkan Inggris.
Xherdan Shaqiri daan Zeki Amdouni dimasukkan di babak tambahan kedua untuk gantikan Breel Embolo serta Aebischer, sementara Harry Kane digantikan kapten Brentford Ivan Toney usai alami benturan di sisi lapangan. Trent Alexander-Arnold menyusul untuk substitusi Phil Foden.
Shaqiri hampir cetak gol spektakuler menit 117'. Sepakan pojok langsungnya melintir indah ke arah gawang Jordan Pickford, sayang bola masih membentur mistar gawang.Â
Dua menit berselang Amdouni nyaris bobol gawang Inggris. Umpan cerdik Shaqiri membuka jalur tembak baginya di kotak penalti, namun masih bisa diblok oleh Pickford. Momen ini memastikan adu penalti harus dilakukan.
Dalam adu penalti, seluruh penendang Inggris sukses sarangkan bola ke jala Yann Sommer. Mereka adalah Cole Palmer, Jude Bellingham, Bukayo Saka, Ivan Toney dan Trent Alexander-Arnold.
Sementara di kubu Swiss, eksekusi pertama Manuel Akanji gagal taklukkan Jordan Pickford. Sehingga kesuksesan penendang lain seperti Fabian Schar, Xherdan Shaqiri dan Zeki Amdouni jadi terasa hampa.
Soliditas Swiss Hanya Dikalahkan oleh Keberuntungan
Laga ini berlangsung seimbang, dengan soliditas yang ditunjukkan oleh Swiss berhasil dibalas oleh kualitas individu Bukayo Saka.
Perpanjangan waktu digunakan Murat Yakin untuk mengamankan skor imbang, karena ia tahu Inggris punya pemain berkualitas lainnya di bangku cadangan.
Mempunyai seorang Yann Sommer di bawah mistar, adalah salah satu keyakinan utama Swiss bisa memenangkan babak adu penalti. Namun namanya tos-tosan, kegagalan Manuel Akanji tentu sebuah momen yang tidak diperhitugkan sebelumnya.
The Three Lions lanjut ke babak semifinal, menunggu pemenang antara Belanda versus Turki. Kendati melangkah jauh, Gareth Southgate tetap masih belum lepas dari sorotan miskin taktik, karena kemenangan ini terjadi juga berbau keberuntungan.
Sementara bagi Swiss, meski besar harapan saya untuk menjadi salah satu tim kejutan di akhir turnamen, harus pasrah menghadapi kenyataan.Â
Meski begitu, permainan Swiss yang sangat solid layak untuk diapresiasi. Mereka bisa sulitkan Jerman di fase Grup hingga dengan mudah taklukkan Italia di babak 16 besar.
Hanya sayang, keyakinan seorang Murat Yakin hanya kalah dari sebuah momen adu penalti.
Salam olahragaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H