Dipuji Murat Yakin sebagai tim yang mempunyai banyak taktik, Luciano Spalletti malah buktikan sebaliknya di laga ini. Tanpa Calafiori, eks pelatih Napoli mencoba memberikan perubahan lewat hadirnya Nicolo Fagioli di lini tengah, meski ia sebenarnya bukan gelandang bertahan murni.
Inilah yang dimanfaatkan Swiss terutama lewat gol pertama mereka. Remo Freuler memanfaatkan kelengahan Fagioli saat bertahan dan terbebas untuk lakukan shooting jarak dekat.
Performa Giovanni Di Lorenzo yang disebut banyak pihak sangat lemah dalam hal kecepatan, juga tereksploitasi lewat kecepatan Aerbischer serta Vargas. Tidak mencoba turunkan Raoul Bellanova, Spalletti tak bergeming mainkan kapten Napoli hingga akhir laga.
Dan hal terakhir yang jadi mampetnya permainan Gli Azzurri, tentu adalah barisan penyerangnya. Matteo Retegui sempat berikan ancaman lewat pergerakan tanpa bola, tetapi ia sama sekali tidak sinkron dengan pergerakan Scamacca. Inilah tudingan terbesar bagi gagal totalnya Italia, yang akan dialamatkan kepada Spalletti.
Pasalnya, publik Italia tentu tidak cukup terima negaranya hanya bertahan hingga babak 16 besar dengan status juara bertahan. Luciano Spalletti akan menanggung hasil buruk ini, dan harus siap menerima kritik pedas fans Italia.
Meskipun demikian kredit besar tetap harus diberikan kepada Granit Xhaka dkk. Mereka tunjukkan performa hebat, sama persisi ketika menahan imbang Jerman. Jarak antar pamain dan antar lini begitu dekat, sehingga memudahkan aliran bola terjada kualitasnya.
Murat Yakin juga layak dapat kredit, sebab ia bisa maksimalkan pemain-pemain medioker Swiss menjadi tim yang sangat berbahaya,.
Siap untuk babak selanjutnya, Swiss? Mungkin Inggris bisa jadi santapan berikutnya.
Salam olahraga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H