Pelatih Korsel Hwang Sun-hong yang juga kompatriot STY semasa bermain bagi Timnas Korsel, selalu menunjukkan wajah tim Korsel berbeda tiap partainya. Ia total memainkan 24 pemain sepanjang turnamen, dengan menit bermain hampir merata diantara mereka.Â
Dua laga awal melawan UEA dan Tiongkok ia menggunakan formasi 4-2-3-1, sedangkan ketika hadapi Jepang dan Indonesia ia beralih ke 3-4-3.
Mengapa ia pakai taktik berbeda? Lebih kurangnya karena ia adalah tipe pelatih adaptif terhadap lawan. Ia akan menyiapkan strategi reaktif atas apa yang dilihat pada calon lawannya. Menghadapi Garuda Muda dimana sudah punya pakem 3-4-2-1, ia memutuskan bermain tiga bek pula.
Sempat sukses besar saat kalahkan Jepang 1-0 di laga penutup Grup B lewat skema 3 bek, namun ketika bersua Indonesia Coach Hwang gagal total. Wajah baru yang ditunjukkannya malah menjadi blunder. Lee Young-jun, topskorer mereka (3 gol) rencananya hendak disiapkan menjadi senjata pamungkas di babak kedua malah mendapat kartu merah.
Selang beberapa saat, emosi Coach Hwang juga tak terkendali hingga harus diusir wasit Shaun Evans dari tepi lapangan. Adaptasi formasinya menjadi bumerang karena pemain Taeguk Warriors tidak punya basic-plan dalam membongkar pertahanan lawan.
4. Strategi Coach STY Bagai Pemain Catur dengan Visi 2 Langkah
Lawan yang dihadapi Coach Hwang adalah STY, dimana tentu sangat mengenal seluk-beluk sepakbola Korsel. Coach STY tentu sudah paham kelebihan, kelemahan maupun gaya adaptif Timnas negara asalnya.
Seakan mengetahui Coah Hwang akan mainkan 3-4-3 side-attack, STY memilih Ilham Rio Fahmi dan Komang Teguh di awal laga untuk matikan Lee Tae-seok yang punya crossing kaki kiri berbahaya.Â
Guna menghukum tiga bek Korsel yang terlihat canggung koordinasinya, Rafael Struick menjadi pemegang peran untuk menyerang ruang antar lini dari ketiga center-back itu.Â
Kelemahan tiga bek adalah pembagian fungsi command, stopper dan cover. Dalam gol kedua Struick, Ivar Jenner sukses meletakkan bola tepat diantara dua pemain bertahan Korsel.
Kemudian mastermind juga ia mainkan saat "mengerem" hasrat memasukkan Ramadhan Sananta. Terlihat Witan Sulaeman sudah kepayahan di akhir babak kedua, namun ia baru menggantinya di babak kedua extra-time.Â
Perjudian memang dilakukan seandainya Timnas bobol duluan, tetapi ketika tahu Korsel akan inisiatif menyerang melalui masuknya Kim Min-Woo, kehadiran Sananta membuat mereka takut. Sehingga satu pemain tengah mereka harus mundur menjadi penjaga Sananta. Bagi saya, Coach STY bagaikan memainkan catur dengan dua langkah di depan Hwang Sun-hong.