Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST. Tulisan lain bisa dibaca di https://www.kliksaja.id/author/33343/Greg-Satria

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Dikalahkan Everton, The Reds Mulai "Belanja Masalah" bagi Arne Slot?

25 April 2024   13:09 Diperbarui: 25 April 2024   13:59 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengambil istilah "belanja masalah" yang diucap Mas Gibran Rakabuming Raka saat blusukan ke Rusun Muara Batu, Jakarta Utara (24/4/2024), nampaknya juga berlaku bagi The Reds, Liverpool. Jika Gibran "berbelanja masalah" sebelum peresmian menjadi Wapres RI periode 2024-2029, maka Liverpool memborong habis semua masalah untuk calon suksesor Jurgen Klopp.

Usai dalam dua bulan gelar FA Cup dan UEFA Europa League (UEL) melayang dari genggaman, tak bersisa lagi perpaduan pemain senior dan bocah Merseyside yang sempat digadang punya masa depan cerah. Kamis (25/4/2024) dini hari WIB, The Reds dipecundangi 0-2 oleh sesama tim Merseyside, Everton, di Goodison Park.

Jarrad Branthwaite membuka keunggulan The Toffees pada menit 28'. Di babak kedua, giliran Dominic Calvert-Lewin menambah derita The Reds pada menit 58' via sundulan kerasnya.

Dengan kekalahan ini Liverpool semakin tertinggal oleh Arsenal. The Gunners memuncaki klasemen sementara Premier League lewat 77 poin dari 34 laga, sementara Liverpool berjarak 3 poin di bawahnya dengan jumlah laga sama. Manchester City mengantongi 73 poin di rank 3, tetapi mereka baru menuntaskan 32 laga.

Kini nasib The Reds untuk merengkuh trofi EPL tergantung pada terpelesetnya Arsenal dan Manchester City. Justru pada akhir musim yang menentukan, anak asuh Jurgen Klopp semakin membuka "borok" permainan buruknya, yakni pertahanan amburadul plus deretan penyerang mandul.

Apa ini merupakan sinyalmen bagi calon suksesor Klopp, bahwa ia tidak hanya mendapat enak limpahan skuad berkualitas Liverpool? Atau para pemain yang merasa kurang termotivasi, sebab tahu pengganti Klopp kemungkinannya adalah Arne Slot? Mari kita bahas.

Kabar Positif Negosiasi Arne Slot sebagai Suksesor Klopp

Di tengah performa tim yang sedang limbung akhir musim ini, manajemen memainkan "dua kaki dan tangannya" untuk mencari pula siapa manajer untuk menggantikan Jurgen Klopp. Seperti kita tahu, akhir Januari lalu Klopp menyatakan bahwa musim 2023/2024 adalah akhir perjalannnya bersama Liverpool.

Xabi Alonso sudah dilobi, tetapi ia keukeuh bertahan di Bayer Leverkusen. Roberto De Zerbi sempat diisukan, tetapi tidak ada pergerakan apapun dari manajemen yang kini direpresentasikan oleh Direktur Michael Edwards.

Ruben Amorim minggu lalu sempat diisukan akan bertolak ke Inggris untuk melakukan perbincangan dengan Liverpool, tetapi nyatanya ia malah sedang menjalin negosiasi bersama West Ham United.

Dan kabar terbaru, The Reds melayangkan pandangan dan pena kontraknya kepada manajer Feyenoord Rotterdam, Arne Slot. 

Pendapat pribadi saya, menjadi suksesor Jurgen Klopp tidaklah segampang yang terlihat, meski skuad The Reds bertabur bintang. Menjadi manajer baru Liverpool, mereka harus kalahkan dahulu legasi Klopp, mau diberi dana terbatas untuk belanja pemain, baru setelah itu memikirkan formasi dimana akan selalu dibandingkan fans dengan pelatih sebelumnya. Dilematis.

Arne Slot merupakan pelatih 45 tahun kelahiran Belanda, yang mengusung gaya main mirip Klopp lewat formasi 4-3-3. Ia memulai karier kepelatihan di AZ Alkmaar setelah mendapat promosi dari posisi asisten manajer tahun 2019. Dua tahun berselang kinerja positifnya menarik minat Feyenoord meminangnya awal musim 2021/2022.

Menduduki peringkat ketiga Eredivisie pada musim perdananya bersama Feyenoord, Slot berhasil membuktikan kapasitasnya dengan mengantar klub Rotterdam menjadi kampiun pada musim lalu (2022/2023).

Di musim ini, Santiago Gimenez dkk sukses menjadi kampiun KNVB Cup dan sekarang berada di peringkat kedua klasemen Eredivisie. Mereka tertinggal 9 poin dari PSV, dan mungkin akan merelakan mahkota musim lalu beralih karena liga tinggal menyisakan 4 partai lagi.

Bagaimanapun juga, Arne Slot sudah mengubah wajah Feyenoord menjadi lebih baik selama berada di Rotterdam. Mereka konsisten sebagai penantang gelar juara domestik, meski masih seret prestasi di Eropa. Musim ini di UCL, Feyenoord tersingkir di fase grup setelah dikalahkan Atletico Madrid dan Lazio.

Terlempar ke play-off UEL, Arne Slot tak mampu melewati adangan AS Roma, tim yang juga kandaskan mereka di perempatfinal UEL musim lalu.

Menggunakan Formasi 4-3-3 attacking, Slot sangat mengandalkan dua sayap cepat Yankuba Minteh dan Igor Paixao bersama bomber Santiago Gimenez. Agak berbeda dengan Klopp, Slot lebih mengorientasikan peran nomor 10 sebagai playmaker dibandingkan sebagai gelandang murni, layaknya Alexis Mac Allister di Liverpool.

Maka dari itu Darwin Nunez, Luis Diaz, Mohamed Salah, Diogo Jota dan Harvey Elliott tentu masih akan terpakai jika Arne Slot benar-benar berlabuh ke Anfield Juli nanti. Ia hanya tinggal memposisikan Dominik Szoboszlai atau Mac Allister sebagai pengatur serangannya.

Lini belakang bagaimana? Berdasar enam pertandingan terakhir, mungkin Slot dan Liverpuldian sepakat bahwa harus melakukan prombakan besar-besaran!

Penyakit Kronis The Reds dan Jalannya Laga Melawan Everton

Penurunan performa The Reds sebenarnya mulai terlihat sejak laga melawan Manchester United di perempatfinal Piala FA, 17 MAret 2024. Laga dramatis yang berkesudahan 4-3 bagi kemenangan Setan Merah, mulai menggambarkan goyahnya kepercayaan Jurgen Klopp kepada pemain mudanya.

Dalam pandangan saya, Klopp seharusnya lebih mempercayakan duet Virgil van Dijk adalah Jarell Quansah hingga laga berakhir, alih-alih menganggap Ibrahima Konate yang berpengalaman sebagai juru selamat.

Quansah memang membuat blunder saat hadapi United lagi di liga, tetapi Konate sama sekali tidak punya chemistry dengan van Dijk dua pekan terakhir.

Puncaknya adalah kekalahan memalukan 0-3 dari Atalanta di Anfield (19/4/2024). Tidak tersisa lagi kekompakan Alisson, van Dijk dan Konate pada musim lalu. Yang ada hanyalah deretan pemain belakang amburadul, dimana membuat lini depan menjadi khawatir serta limbung.

Mohamed Salah ikut-ikutan drop karena banyak peluang emas gagal ia lesakkan menjadi gol. Luis Diaz bagaikan penari di sepertiga akhir lapangan, tanpa ada ketajaman mencetak gol. Darwin Nunez? Ya, ternyata memang hanya sebegitu saja kualitasnya musim ini.

Kesatuan borok ini menjadi sebuah penyakit kronis yang akan diwariskan Klopp kepada suksesornya kelak. Ada asumsi pula bahwa beberapa pemain senior seperti Van Dijk, Alisson dan Salah sudah alami kebosanan. 

Mungkin pelatih baru adalah resep obatnya. Atau malah menjadi pelengkap derita?

Jalannya laga di Goodison Park seperti perkiraan, dikuasai The Reds secara ball possesion (77%). Total tembakan Liverpool 26 berbanding 16 milik Everton, dimana justru Everton mampu mencetak dua gol dari inferioritas serangan itu.

Di bawah arahan Sean Dyche, Everton tentu kembali memainkan sepakbola kick and rush klasik Inggris. Dwight McNeil dan Jack Harrison menjadi otak serangan dari kedua sayap, sementara Dominic Calvert-Lewin bertugas sebagai target-man.

Gol pertama berhasil dicetak The Toffees menit 28' melalui Jarrad Branthwaite! Berawal dari kemelut di kotak penalti Liverpool usai tembakan Ben Godfrey, Ibrahima Konate panik dan malah membuang bola ke area sendiri. Branthwaite yang berdiri bebas mampu taklukkan Alisson meski sempat ditepis.

Di babak kedua Calvert-Lewin menambah derita The Reds menit 57'! Umpan sepak pojok McNeil terarah ke tiang jauh. Sementara James Tarkowski sukses memblok pergerakan van Dijk, Calvert-Lewin dengan bebas bisa menanduk bola secara keras. Kesalahan mutlak ada pada Trent Alexander-Arnold yang hanya terbengong melihat bola.

Liverpool berupaya untuk menyerang gawang Jordan Pickford, namun tidak ada gol yang bisa diciptakan. Salah satunya adalah upaya individu Luis Diaz diakhiri dengan tembakan keras namun sayang masih menerpa tiang gawang Everton.

Jurgen Klopp dan van Dijk seusai laga jelas marah terhadap performa tim mereka. Penampilan seperti ini mengindikasikan The Reds tidak siap hadapi persaingan dengan Arsenal dan Anchester City hingga akhir musim. 

Sudah menyerah, The Reds?

Salam Olahraga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun