Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST. Tulisan lain bisa dibaca di https://www.kliksaja.id/author/33343/Greg-Satria

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mengapa Formasi Tiga Bek (Masih) Paling Cocok Buat Timnas Indonesia?

26 Maret 2024   13:06 Diperbarui: 26 Maret 2024   14:54 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Elkan Baggott dan Rizky Ridho merayakan seleberasi saat Timnas melawan Burundi (25/3/23), Sumber (KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO)

Tentu tidak adil jika hanya membahas kekurangan wingback atau fullback Timnas. Kelebihan mereka tentu jika menghadapi winger lawan bertipe cut-inside atau jago drible. Asnawi, Yakob Sayuri maupun Pratama Arhan dengan baik bisa menghentikan aksi individu mereka. Contoh saja Alejandro Garnacho yang di beberapa kesempatan kalah duel dengan Asnawi.  

Lalu ada pula pemain abroad yang datang melengkapi skuad. Mereka adalah Sandy Walsh, Shayne Pattynama dan Nathan Tjoe-A-On. Di klub masing-masing, mereka bertipe fullback murni dalam skema empat pemain belakang. Cirinya jelas, mereka tidak terlalu cepat, tetapi disiplin dalam menjaga ruang.

Nah, disini Coach STY tentu dihadapkan pada pilihan-pilihan taktikal. Di satu sisi bisa saja memainkan Asnawi dan Arhan sebagai dua dari empat bek sejajar, tetapi rentan kena crossing. Pilihan berikutnya ada Sandy dan Shayne yang bisa dipasang, tetapi akan kehilangan kecepatan dalam transisi. 

Maka untuk menengahi masalah di belakang, Coach STY merelakan kehilangan pemain tengah untuk menjadi penambal di posisi bek tengah. Asnawi, Yakob dan Sandy di wingback kanan, ataupun Arhan, Shayne dan Nathan di wingback kiri menjadi menjadi pilihannya. Tipikal agresif mereka tidak dihilangkan, dengan resiko mendapat crossing akan dimitigasi dengan kehadiran tiga bek.

Masih Mencari Palang Pintu Kembar Andalan

Kembali kita membahas pendapat para pundit yang menginginkan Timnas main dengan empat bek, atensi mereka adalah supaya Timnas tampil menyerang. Inilah yang ingin dimunculkan kembali di era Coach STY, dimana di era Indra Sjafri dan Luis Milla sebenarnya sudah terpatri pakem menyerang ini, bahkan sempat menjadi blueprint sepakbola nasional.

Coach Indra Sjafri mempraktekan gaya Spanyol-nya Luis Milla di kategori umur, dengan jargon "pe-pe-pa" atau pendek-pendek-panjang. Jadi proporsi umpan panjang benar-benar direduksi, dan Timnas kala itu tampil cukup agresif dalam menyerang.

Lalu datanglah Coach STY yang mengevaluasi tim dari sektor pertahanan. Ia menemukan fakta bahwa Timnas belum mumpuni untuk menopang serangan agresif tersebut di lini belakang. 

STY sendiri bukanlah penggemar fanatik tiga bek, karena saat membesut Korea Selatan di Piala Dunia 2018, ia menerapkan formasi 4-3-3 dan 4-4-2. Kala itu duet andalannya adalah Jang Hyun-soo dan Kim Young-gwon, dengan Yun Young-sun sebagai backup nya.

Jika hendak berpindah ke formasi empat bek, maka Timnas Indonesia harus segera menemukan duet palang pintu andalan. Syaratnya tentu harus kompak dan mampu bekerjasama dengan kiper.

Kini stok di posisi bek tengah sangatlah melimpah. Ada Jay Idzes, Rizky Ridho, Justin Hubner, Jordi Amat, Elkan Baggott dan Wahyu Prasetyo. Bisa saja dikemudian hari Coach STY menduetkan Idzes-Rizky ataupun Idzes-Hubner jika memang ingin menguji taktik empat bek. Apalagi jika kiper Marteen Paes sudah selesai di-naturalisasi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun