Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST. Tulisan lain bisa dibaca di https://www.kliksaja.id/author/33343/Greg-Satria

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mengapa Formasi Tiga Bek (Masih) Paling Cocok Buat Timnas Indonesia?

26 Maret 2024   13:06 Diperbarui: 26 Maret 2024   14:54 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Elkan Baggott dan Rizky Ridho merayakan seleberasi saat Timnas melawan Burundi (25/3/23), Sumber (KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO)

Dari keempat kiper langganan timnas tersebut memang berbeda tipe. Perlu diingat ya, beda tipe bukan berarti lebih baik atau buruk. Tergantung pada kebutuhan lini belakang tim, ataupun jika lawannya relatif di bawah (seperti kontra Brunei), bisa menjadi pemain yang membantu proses penyerangan.

Kita bandingkan tinggi badan mereka berempat. Ernando Ari 1.79 meter, Adi Satryo 1.79 meter, Nadeo Argawinata 1.87 meter, Syahrul Tisna 1.80 meter. Jadi secara rentangan tangan plus melompat, hanya Nadeo yang mempunyai statistik baik menghalau crossing. Sebagai catatan, kiper klub besar dunia biasanya memiliki tinggi badan minimal 185 meter plus lompatan tinggi.

Sebagai contoh ada Alisson (1.93 m), Thibaut Courtois (2 m) dan Donnarumma (1.96 m). Mereka bertiga bertipe kiper shoot-stopper klasik dengan keunggulan memotong bola lambung. Rentangan tangannya ketika melompat vertikal bisa mencapai 3 meter lebih.

Nah, jadi wajar saja bila tim yang akan melawan Timnas Indonesia cenderung mengandalkan bola lambung atau crossing sebagai strategi menyerangnya. Mereka melihat celah ini sebagai kelemahan di kubu Timnas.

Aktual yang masih sering terjadi di Timnas Indonesia ketika menghadapi crossing, pemain belakang dan kiper masih "saling menjagakan". Kiper berharap bek berhasil menyundul bola, sedangkan bek berharap kiper menyergap bola di udara. Ini terjadi pada beberapa momen laga Timnas, terutama saat menghadapi tim dengan penyerang tinggi seperti Irak yang punya Aymen Hussein (1.89 meter)

Sebenarnya ada strategi untuk mengandalkan kiper-kiper Timnas meredam bola atas ini, yakni harus fasih berkomunikasi dengan pemain belakang. Bila bola lambung yang datang relatif pendek, maka itu menjadi tanggung jawab bek di tiang dekat. Sedangkan bila bola lambung cukup tinggi, seharusnya kiper mengambil inisiatif terhadap bola karena rentangan tangannya pasti lebih tinggi dari penyerang lawan.

Tapi pada prakteknya tidak semudah itu. Di Timnas yang sering gonta-ganti personil, juga minimnya kesempatan bertemu dibandingkan di klub, tentu komunikasi menjadi lebih sulit. 

Maka keputusan diambil Coach STY pun akhirnya memilih kiper yang lebih baik secara shoot-stopper, dan menambah orang di lini belakang menjadi tiga bek.

Bek Sayap Timnas Bertipe Agresif, Malah Rentan Crossing

Ini adalah tombak bermata dua bagi Timnas Indonesia. Di satu sisi pemain seperti Asnawi, Yakob Sayuri dan Pratama Arhan mempunyai agresivitas, kecepatan dan transisi yang bagus. Sisi lainnya, mereka terlalu sering membiarkan umpan crossing terkirim ke depan gawang Timnas.

Baik karena mereka cukup mudah dilewati secara set-play (umpan satu-dua sentuhan), dan juga pelanggaran yang kerap mereka lakukan akan berbuah tendangan bebas di sisi sayap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun