Barcelona tetap adalah opsi terbaik bagi wonderkid yang dipagari klub dengan banderol 1 juta EURO ini. Tidak akan ada satu tim pun yang bisa menyentuh harga tersebut saat ini, kecuali Yamal sendiri yang alami penurunan performa.
Menjadi lulusan La Masia memanglah cukup tricky. Di satu sisi, bila berhasil menembus skuad utama Barcelona, pemain-pemain muda seakan berada di puncak dunia. Tapi di sisi lain, saat mereka meredup dan memang harus pindah klub, sangat jarang dari mereka yang berhasil.
Cesc Fabregas, Pedro Rodriguez dan kini Xavi Simons adalah sedikit yang berhasil dengan susah payah membangkitkan kariernya selepas dari Barcelona. Ini mengindikasikan bahwa "text-book" di La Masia tidak cukup akomodatif dengan klub-klub lainnya yang tidak bermain tiki-taka. Para pemain La Masia cenderung sulit beradaptasi dengan sistem baru. Ilaix Moriba, Riqui Puig dan Ansu Fati pun mengalaminya.
Jadi, apakah Lamine Yamal yang masih bersekolah ini bisa merubah status The Best Youngest Player menjadi The Best Player layaknya Messi? Jawabannya bisa Iya dan Tidak. Semuanya tergantung pada keinginan Lamine Yamal untuk tetap berkembang, jauh dari cedera, serta lingkungan yang mengakomodir talenta yang ia miliki.Â
Semoga EURO 2024 Jerman nanti menjadi salah satu bukti catatan karier yang cemerlang dari seorang Lamine Yamal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H