Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Dimensi Part 1 (Smart Blood) - Separuh Jiwaku (002)

20 Februari 2024   20:00 Diperbarui: 20 Februari 2024   20:01 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ibu jangan omong begitu. Kalau Nico, aku janji. Dia sudah minta maaf tahun lalu. Yang lain, kita lihat saja bagaimananya nanti."

"Ya sudah, cepat selesaikan kipas angin Pak Harto. Lumayan uangnya bisa kamu pakai buat naik Tayo ke ITS."

"Ya, Bu. Habiskan makannya. Darah ibu butuh banyak asupan tuh."

Demian berlalu ke luar kamar ibunya yang juga ruang makan keluarga itu, ia berbelok ke kanan, masuk ke kamar mandi kecil yang sejajar kamarnya dan juga kamar ibunya. Mencuci tangannya sejenak dengan sabun batang, ia lalu melihat cermin yang munculkan wajah rupawannya.

Wajah tirus berbentuk setengah octagon, rambut ikal berwarna hitam kering, messy mengumpul ke tengah, dengan potongan 1 milimeter menyelimuti bagian samping dan belakang kepalanya. Layaknya musuh Boruto yang bernama Kawaki.

Demian semakin mendekat ke cermin oval itu, ia melihat dalam-dalam ke matanya yang berwarna sedikit cokelat. Mata turunnya itu dipayungi oleh alis tebal atraktif dan bulu mata panjang. Di bawahnya ada hidung mancung yang ditumbuhi beberapa jerawat kecil berwarna merah.

Jari-jari tangan kanan Demian kini mengarah membasahi bibirnya, mengelapnya dengan handuk kecil berwarna putih yang menggantung di sebelah kanan cermin oval. Sambil mengecap lagi bibir tipisnya hingga kering, telunjuk kanannya turun ke dagu yang ditumbuhi beberapa rambut pendek, Ada luka samar yang menggaris vertikal sepanjang 2 sentimeter di dagu kanannya. Luka itu tampak jelas setelah Demian semakin mendekatkan lagi wajahnya ke cermin, karena bagian itu tidak dapat ditumbuhi rambut. 

"Harus cukur lagi nih malam ini." ujarnya lirih. 

Demian pun berbalik dan berjalan ke kiri di lorong satu-satunya pada rumah petak itu. Karena hanya ada 3 ruangan di dalam rumah, dua langkahnya sudah sampai lagi di depan pintu kamar ibunya. 

"Bu, nanti langsung istirahat saja. Kalau aku tidak di kamar, berarti aku sudah ke ITS."

"Hee.. emm" ucap Bu Mirna Harris yang menyendokkan nasi ayam kecap itu, dengan tangan kiri melakukan scrolling ke smartphone warna putihnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun