Dengan menyertakan proyek yang gagal dalam portofolio kita, kita dapat menunjukkan bagaimana tim bisnis dari kita berhasil memecahkan masalah, bahkan dalam situasi sulit. Ini adalah kesempatan untuk memberi tahu klien potensial bahwa ketika terjadi kesalahan, bisnis kita tidak akan hancur—tetapi akan menemukan cara untuk mengatasi masalah tersebut secara langsung.
5. Memberi Penekanan pada Eksperimen dan Inovasi
Banyak proyek yang gagal sebenarnya merupakan akibat dari bereksperimen dengan ide, teknologi, atau pasar yang baru. Bisnis yang merangkul adanya bentuk inovasi pasti akan rawan mengalami kemunduran. Meskipun begitu, kegagalan ini amat penting untuk mendorong batasan kita dan justru mengembangkan solusi baru.Â
Apabila itu disertakan dalam portofolio kita, kegagalan ini menunjukkan kemauan kita untuk mengambil resiko, berinovasi, dan menjelajahi wilayah-wilayah bisnis yang sebelumnya belum dipetakan. Klien yang menghargai inovasi akan menghargai pendekatan kita yang lebih berpikiran maju, bahkan jika itu berujung pada kegagalan.
6. Menunjukkan Adanya Metodologi Bisnis yang Berevolusi
Setiap kegagalan menghadirkan peluang untuk menyempurnakan proses dan metodologi kita. Proyek yang gagal mungkin akan memperlihatkan adanya inefisiensi yang pernah terjadi dalam alur kerja, komunikasi, hingga kepada alokasi sumber daya yang ada.Â
Meskipun begitu, dengan tetap membahas bagaimana proyek-proyek ini gagal dan adanya pembelajaran membantu kita meningkatkan pendekatan kita, dimana kita dapat menunjukkan komitmen kita terhadap peningkatan berkelanjutan. Hal ini dapat memberi klien keyakinan bahwa kita terus berkembang dan mengoptimalkan cara kita menjalankan bisnis.
7. Kegagalan sebagai Awal Kesuksesan
Banyak bisnis yang sukses dapat melacak pencapaian mereka kembali ke masa di mana mereka sempat mengalami kegagalan sebelumnya. Sebuah proyek yang awalnya gagal dapat menjadi peletakan dasar bagi kesuksesan di masa mendatang.Â
Dengan menyertakan kisah-kisah "awal kesuksesan" ini dalam portofolio kita, kita menunjukkan bagaimana perusahaan kita telah berkembang dari waktu ke waktu dan bagaimana kegagalan telah berkontribusi pada pertumbuhan tersebut. Hal ini memposisikan kegagalan sebagai batu loncatan, bukan sebagai sebuah jalan buntu.