2. Adanya Ekosistem Kolaboratif dan Kerjasama Tim (Teamwork) sebagai Sarana Pengembangan Produk (Product Development)
Proses kreatif sering kali melibatkan upaya kolaboratif antara berbagai individu dan tim (Elsbach et al, 2015). Seniman, desainer, penulis, dan produser bekerja sama untuk menciptakan konten yang inovatif, orisinil, memberi solusi yang unik dan menarik.Â
Sifat kolaboratif ini memerlukan komunikasi yang efektif, keterampilan negosiasi, dan teknik manajemen proyek untuk memastikan bahwa proyek diselesaikan tepat waktu dan sesuai anggaran.Â
Selain itu, industri kreatif sendiri dalam kolaborasinya sering kali menggunakan pendekatan pengembangan berulang, dengan penekanan pada eksplorasi dan eksperimen sehingga proyek-proyeknya sering kali melibatkan trial and error, dan jadwalnya dapat fleksibel untuk mengakomodasi proses kreatif.Â
Ini berbeda dengan industri konvensional yang mengikuti model pengembangan produk yang lebih terstruktur, tersandar, dan linier sehingga proyek-proyeknya memiliki struktur dan garis waktu yang jelas untuk pengembangan dan pengiriman produk.
3. Risiko dan Ketidakpastian dalam Berinovasi yang Berbeda
Industri kreatif pada dasarnya penuh risiko dan tidak dapat diprediksi (Sobolewski & Woźniak, 2019). Selera konsumen, tren pasar, maupun pujian dari para kritikus industri sendiri merupakan hal-hal yang dapat berfluktuasi dengan cepat.Â
Produk atau proyek yang sukses dapat dengan begitu cepatnya menjadi usang, sementara kegagalan dapat menimbulkan konsekuensi finansial yang signifikan serta beruntun. Ketidakpastian ini memerlukan adanya strategi manajemen risiko yang cermat dan kemauan untuk beradaptasi dengan keadaan yang terus berubah pada para pelaku industri kreatif.Â
Di sisi lain, patut dicatat bahwa kreativitas dan inovasi merupakan kekuatan pendorong utama dalam industri kreatif ini. Industri ini berkembang pesat karena hal-hal baru, mengambil risiko dengan ide dan format baru karena pasar yang ada sangat kompetitif, dan di mana tren dapat berubah dengan cepat.Â