Dalam praktiknya, justru rupa visualnya akan bisa jadi sangat "padat" dengan banyak tulisan informasi yang masuk, penggunaan warna-warna mencolok mata yang terkadang bisa melabrak pedoman desain awal, serta komposisi antara gambar dan teks yang tidak merata.
Berdasarkan sudut pandang desainer grafis, sebuah visual desain untuk media promosi sendiri pertama-tama harus terlihat estetiknya di mana tercipta desain yang menarik secara visual yang enak dipandang dan membangkitkan emosi positif bagi siapapun yang melihatnya, adanya nilai kreativitas di mana mereka mendorong batas-batas desain dan menggunakan pendekatan inovatif untuk menciptakan visual yang unik, serta selalu mengikuti perkembangan tren dari desain terkini dan menggabungkannya ke dalam pekerjaan mereka sambil tetap berjalan pada randah pedoman desain awal perusahaan.Â
Oleh karenanya pada praktiknya, rupa visual akan lebih banyak berbicara ketimbang tulisan, warna diatur agar tetap humble serta sesuai pedoman awal branding perusahaan, teks yang penting saja yang akan dimasukkan sesuai peruntukkan medianya.
Perbedaan prioritas ini terkadang dapat menimbulkan kesalahpahaman seperti yang terjadi pada pengalaman kerja saya. Dapat terjadi di mana pemilik bisnis mungkin menolak suatu desain karena menganggapnya terlalu abstrak karena terlalu banyak porsi gambar ketimbang tulisan sehingga "kurang menjual", sedangkan desainer grafis justru mungkin menganggap desain tersebut kreatif dan efektif.
Lalu bagaimana ini dapat didamaikan?
Secara mendasar, masalah ini dapat didamaikan dalam sebuah konteks ruang diskusi dan dalam kerangka penyelesaian manajerial berikut:Â
1. Adanya Komunikasi di mana kedua belah pihak dalam hal ini harus mengomunikasikan dengan jelas tujuan dan harapan mereka sejak awal proyek desain.Â
Seorang pebisnis dalam hal ini perlu menyediakan waktu untuk memberikan gambaran desain visual promosi dari perspektifnya. Sementara itu, untuk mempermudah kesepakatan, desainer grafis perlu memberikan alternatif visual beserta menyediakan catatan yang sekiranya perlu untuk mencatat kebutuhan desain dari pemilik usaha.Â
2. Melakukan Kolaborasi untuk menemukan solusi desain yang memenuhi kebutuhan pemilik bisnis dan visi kreatif desainer grafis.Â
Dalam hal ini, kedua belah pihak perlu siap untuk berposisi sejajar dimana keduanya siap saling memahami perspektif masing-masing. Apabila dibutuhkan, terdapat bagian lain dari pemasaran seperti sales manager maupun marketing yang dilibatkan.