Mohon tunggu...
Gregorius Aditya
Gregorius Aditya Mohon Tunggu... Konsultan - Brand Agency Owner

Seorang pebisnis di bidang konsultan bisnis dan pemilik studio Branding bernama Vajramaya Studio di Surabaya serta Lulusan S2 Technomarketing Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Saat ini aktif mengembangkan beberapa IP industri kreatif untuk bidang animasi dan fashion. Penghobi traveling dan fotografi Landscape

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Beda Perspektif Proyek Desain Promosi antara Pebisnis dan Desainer Grafis

22 April 2024   06:00 Diperbarui: 24 April 2024   15:15 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi desainer grafis. (Freepik)

Dalam praktiknya, justru rupa visualnya akan bisa jadi sangat "padat" dengan banyak tulisan informasi yang masuk, penggunaan warna-warna mencolok mata yang terkadang bisa melabrak pedoman desain awal, serta komposisi antara gambar dan teks yang tidak merata.

Berdasarkan sudut pandang desainer grafis, sebuah visual desain untuk media promosi sendiri pertama-tama harus terlihat estetiknya di mana tercipta desain yang menarik secara visual yang enak dipandang dan membangkitkan emosi positif bagi siapapun yang melihatnya, adanya nilai kreativitas di mana mereka mendorong batas-batas desain dan menggunakan pendekatan inovatif untuk menciptakan visual yang unik, serta selalu mengikuti perkembangan tren dari desain terkini dan menggabungkannya ke dalam pekerjaan mereka sambil tetap berjalan pada randah pedoman desain awal perusahaan. 

Oleh karenanya pada praktiknya, rupa visual akan lebih banyak berbicara ketimbang tulisan, warna diatur agar tetap humble serta sesuai pedoman awal branding perusahaan, teks yang penting saja yang akan dimasukkan sesuai peruntukkan medianya.

Ilustrasi kegiatan desainer. Sumber: creativebloq.com
Ilustrasi kegiatan desainer. Sumber: creativebloq.com

Perbedaan prioritas ini terkadang dapat menimbulkan kesalahpahaman seperti yang terjadi pada pengalaman kerja saya. Dapat terjadi di mana pemilik bisnis mungkin menolak suatu desain karena menganggapnya terlalu abstrak karena terlalu banyak porsi gambar ketimbang tulisan sehingga "kurang menjual", sedangkan desainer grafis justru mungkin menganggap desain tersebut kreatif dan efektif.

Lalu bagaimana ini dapat didamaikan?

Secara mendasar, masalah ini dapat didamaikan dalam sebuah konteks ruang diskusi dan dalam kerangka penyelesaian manajerial berikut: 

1. Adanya Komunikasi di mana kedua belah pihak dalam hal ini harus mengomunikasikan dengan jelas tujuan dan harapan mereka sejak awal proyek desain. 

Seorang pebisnis dalam hal ini perlu menyediakan waktu untuk memberikan gambaran desain visual promosi dari perspektifnya. Sementara itu, untuk mempermudah kesepakatan, desainer grafis perlu memberikan alternatif visual beserta menyediakan catatan yang sekiranya perlu untuk mencatat kebutuhan desain dari pemilik usaha. 

2. Melakukan Kolaborasi untuk menemukan solusi desain yang memenuhi kebutuhan pemilik bisnis dan visi kreatif desainer grafis. 

Dalam hal ini, kedua belah pihak perlu siap untuk berposisi sejajar dimana keduanya siap saling memahami perspektif masing-masing. Apabila dibutuhkan, terdapat bagian lain dari pemasaran seperti sales manager maupun marketing yang dilibatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun