Mohon tunggu...
Gregorius SenoAji
Gregorius SenoAji Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Magister Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Adalah seorang yang menyukai film, buku fiksi dan biografi, serta kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Pandemi COVID: Menyiasati Sebuah Tragedi Menjadi Titik Balik

4 Oktober 2023   15:50 Diperbarui: 5 Oktober 2023   02:05 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Instagram @gregorisenoaji

Hidup di dunia bukanlah sebuah pilihan. Namun bagaimana kita hidup, adalah sesuatu yang harus kita pilih. Pertanyaan seperti; "apa yang akan saya lakukan setelah ini ?", atau "bagaimana saya dapat berguna untuk banyak orang ?". Pertanyaan -- pertanyaan itu sangatlah sering terlontar mungkin bagi banyak orang termasuk saya, seorang mahasiswa semester empat pada tahun 2020. Sedikit spoiler bahwa artikel ini akan menceritakan bagaimana sebuah pandemi dapat mengubah pola pikir dan kehidupan bagi penulis. Bukan maksud menggurui, penulis hanya ingin membagikan sedikit cerita kepada rekan -- rekan pembaca sekalian. Penulis yakin bahwa momen COVID -- 19 menjadi titik balik bagi beberapa rekan yang membaca artikel ini. Penulis berharap, teman -- teman dapat membagikan pula titik balik yang didapat semasa masa pandemi COVID -- 19 di kolom komentar.

  • Beberapa Bulan Setelah COVID-19 : Fenomena Yang Menghasilkan Sebuah Ide

Senin, 2 Maret 2020 pemerintah Republik Indonesia mengumumkan bahwa virus COVID-19 telah masuk ke Indonesia. Untuk menanggulangi penyebaran virus COVID -- 19 semakin parah di Indonesia, pemerintah mengeluarkan putusan untuk melakukan karantina mandiri kepada seluruh rakyat Indonesia, hingga situasi membaik. Seperti yang rekan -- rekan pembaca ingat, bahwa karantina merupakan kegiatan yang mengharuskan kita untuk melakukan segala kegiatan dari dalam rumah, termasuk bekerja dan belajar.

Namun lepas satu bulan hingga dua bulan masa karantina mandiri, angka pasien COVID -- 19 semakin meningkat. Suara sirine senantiasa menghantui jalanan di dekat rumah saya, menandakan bahwa terdapat seseorang yang terpapar virus COVID-19 yang dibawa ke rumah sakit untuk diberikan penanganan. Tercatat bahwa per 17 Mei 2020, pasien yang mengidap COVID-19 di Indonesia sebanyak 17.580 jiwa, dengan 4.129 pasien sembuh dan 1.148 meninggal dunia (news.detik.com). Namun untuk beberapa hal, terdapat kondisi -- kondisi yang mengharuskan beberapa kegiatan tetap harus berjalan selayaknya kehidupan normal.

Pada bulan tersebut, untuk pertama kalinya penulis harus keluar dari rumah untuk melakukan sebuah pekerjaan. Penulis memiliki ketakutan yang sangat berlebih, ketika mengetahui harus keluar rumah di tengah -- tengah penyebaran virus COVID -- 19. Pada akhirnya penulis memutukan untuk menggunakan masker rangkap dua, dan senantiasa membawa hand sanitizer ketika penulis harus melakukan aktivitas di luar rumah.

Disamping melakukan pekerjaan, penulis juga menjadi seorang mahasiswa yang memiliki tanggung jawab untuk mengadakan acara Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Fakultas yang akan dilakukan pada bulan September 2020. Dalam keadaan normal, sewajarnya PKKMB diadakan secara luring agar mahasiswa baru dapat merasakan suasana kampus yang akan mereka tinggali selama mahasiswa baru berkuliah. Namun dengan adanya keputusan pemerintah Republik Indonesia untuk melakukan isolasi mandiri, membuat penulis sangat kebingungan untuk mengadakan PKKMB bagi kampusnya.

Ketika rehat dalam pekerjaan, penulis selalu merapat ke salah satu warung makan ramesan yang ada di daerah Lempuyangan. Terdapat sebuah fenomena yang cukup menarik ketika penulis makan siang di warung tersebut. Beberapa orang menyantap makan siang, sambil menyaksikan siniar video yang diproduksi oleh beberapa youtubers, dan juga beberapa artis ternama di Indonesia. Sungguh menakjubkan ! Orang -- orang yang menonton siniar tersebut, sangat antusias akan konten yang dibawakan oleh pemandu siniar. Bahkan tidak jarang orang -- orang tersebut terpengaruh dengan konten yang dibawakan dalam siniar tersebut.

Fenomena tersebut memberikan ide untuk PKKMB yang harus penulis laksanakan pada bulan September 2020. Terbesit dalam pikiran penulis, bahwa PKKMB mungkin akan berhasil apabila dikemas dalam sebuah acara siniar. Maka penulis bergegas untuk melakukan riset terhadap siniar -- siniar yang ditonton oleh banyak orang, sembari merancang proposal PKKMB kepada pihak kampus.

Sumber : Pribadi
Sumber : Pribadi

Namun kesulitan yang sebenarnya baru saja dimulai. Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), serta para anggota Kelompok Kegiatan Mahasiswa (KKM) fakultas saya, mayoritas meninggalkan kota Yogyakarta kembali ke daerah masing -- masing selama masa pandemi. 

Membuat penulis cukup kesulitan untuk mencari rekanan dalam mewujudkan terselenggaranya PKKMB yang sedang saya rancang. Sembari penulis berusaha mencari jalan keluar terkait keanggotaan PKKMB yang harus dilaksanakan, penulis berkesempatan untuk mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Fakultas selama pandemi COVID -- 19. 

Penulis bersama dengan rekan -- rekan yang masih berada di Yogyakarta dan juga para beberapa dosen mengadakan sumbangan sembako bagi mahasiswa rantau yang tidak dapat kembali ke asal daerahnya masing -- masing. Sembari berkegiatan, penulis mengeluarkan keluh kesahnya terkait PKKMB yang akan diselengarakan pada bulan September kepada rekan -- rekan yang ikut serta dalam pembagian sembako tersebut. 

Sesekali penulis juga menyampaikan isi pikirannya terkait konsep siniar pada PKKMB yang akan dilaksanakan, kepada beberapa dosen yang ikut serta dalam kegiatan pembagian sembako tersebut. Beberapa dosen dan rekan mahasiswa nampak antusias dan memberikan banyak masukan terhadap konsep PKKMB yang saya ceritakan. 

Secara konsep yang mulanya akan berbentuk sebuah siniar, akhirnya diputuskan bahwa PKKMB akan dibawakan dalam bentuk talkshow. Bahkan ide talkshow pada PKKMB Fakultas yang penulis dan rekan -- rekan rancang, menjadi kiblat PKKMB Institusi yang di kelola oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Institut (BEMI).

Sumber : Pribadi
Sumber : Pribadi

Atas antusias yang cukup tinggi dari rekan -- rekan mahasiswa, BEMI, dan juga dosen, acara PKKMB Fakultas dapat berjalan dengan lancar dan sangat berkesan bagi penulis. Kolaborasi antara dosen dengan mahasiswa di tengah -- tengah kesulitan, menjadi sebuah pemandangan langka dan sangat berarti. Penulis merasa bahwa dosen serta mahasiswa mampu berkolaborasi dan memberikan yang terbaik bagi almamaternya. Penulis cukup puas dengan konsep yang tertuang pada PKKMB Fakultas tahun itu. 

Konsep pahlawan super dengan tajuk, "FSMR Episode : Reunited", mencerminkan keinginan dan cita -- cita kami semua agar senantiasa dapat bekerjasama walaupun dalam keadaan sulit sekalipun. Bahkan antusias mahasiswa baru dalam mengikuti rangkaian Talk show PKKMB tersebut patut di acungi jempol. Mahasiswa baru akan dibagi menjadi beberapa kelompok yang sudah dinamai dengan nama pahlawan super asli Indoneisia. 

Salah satu anggota kelompok PKKMB wajib mengenakan kostum pahlawan super asli Indonesia dengan barang -- barang yang ada di sekitar rumah mereka, sebagai maskot daripada kelompok masing -- masing. Diharapkan melalui ketentuan tersebut, mahasiswa baru dapat menjalin komunikasi dan kerjasama yang baik walaupun harus dilakukan secara jarak jauh. 

Penulis awalnya cukup berkecil hati dan memiliki spekulasi, bahwa mahasiswa baru akan melaksanakan ketentuan tersebut secara setangah hati. Namun ketika acara PKKMB dimulai, penulis dibuat kagum oleh antusias mahasiswa baru yang benar -- benar melaksanakan ketentuan dari kami. Dosen dan rekan -- rekan mahasiswa juga merasa senang karena, walaupun PKKMB Fakultas pada tahun itu harus berjalan secara daring, namun keseruan dan sinergi didalamnya masih terasa sangat kuat.

Sumber : Pribadi
Sumber : Pribadi

Sumber : Pribadi
Sumber : Pribadi
Penulis belajar banyak dari kejadian yang terjadi di poin pertama. Kerja sama dan saling mendukung adalah kunci utama keberhasilan dalam sebuah pekerjaan kolaboratif. Penulis merasa dengan sinergi yang baik antara penulis, dosen, dan rekan -- rekan mahasiswa, sebuah acara besar dan sakral seperti PKKMB pasti akan berjalan dengan baik. Pembagian tugas yang sesuai dengan kemampuan sangatlah penting dalam kerja kolaborasi.
  • Ego Harus Kalah !

Selama 2020 penulis melakukan pekerjaan live streaming dan produksi konten seperti; pertunjukan tari virtual, dan film fiksi dan dokumenter. Dan selama melakukan pekerjaan penulis sangat akrab dengan masker dan juga hand sanitizer. Namun ketika banyak orang, termasuk penulis sangat mewanti -- wanti penyebaran virus COVID -- 19. 

Banyak orang yang malah menganggap remeh virus tersebut. Penulis beberapa kali menemukan fenomena, dimana orang -- orang yang sudah menganggap remeh virus COVID -- 19 adalah orang -- orang yang sudah jenuh dengan pandemi itu. Sangatlah wajar banyak orang jenuh akan pandemi yang sudah membuat segala aktifitas menjadi terbatas selama beberapa bulan. Namun pada kenyataanya, virus COVID -- 19 tidak henti merenggut nyawa seseorang tiap harinya.

Sumber : Pribadi
Sumber : Pribadi

Satu kisah ketika penulis melakukan pekerjaan kolaboratif bersama salah satu seniman tari dari Yogyakarta. Penulis dan seniman tersebut memproduksi sebuah tarian dengan judul "Kidung Jati Mulya". Sebuah karya kolektif antara seniman tari dan juga seniman musik dari Yogyakarta yang berusaha menyajikan tarian kontemporer berpadu dengan tarian traidional, sebagai harapan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar pandemi segera musnah dari muka bumi. Dengan crew kecil yang terdiri dari tiga orang termasuk penulis, akhirnya memproduksi karya kolaborasi tersebut di Pantai Parangkusumo pukul 04.00 WIB. 

Selama melakukan prosesi pengambilan gambar, warga sekitar menyaksikan seniman tari yang penulis ambil gambarnya menari di pinggiran pantai. Penulis cukup heran dengan keadaan di sana, karena para warga tidak mengenakan masker dan saling berdempetan satu sama lain. Bahkan ketika istirahat, penulis, seniman tari, dan rekan crew singgah ke suatu angkringan dan menemukan bahwa penjual tersebut tidak mengenakan masker. Ujarnya dalam bahasa Jawa, "Mas, Si Kofit kalau pagi seperti ini masih tidur ! Ndak usah khawatir !". 

Penulis agak jengkel dengan pernyataan penjual angkringan tersebut, namun seniman tersebut malah tertawa. Pada posisi tersebut penulis bingung terhadap sikap seniman tersebut. Seniman itu menertawakan COVID -- 19, namun masker yang ia kenakan tidak pernah lepas dari wajahnya. Penulis cukup terganggu dengan keadaan angkringan pada masa itu.

Selepas beristirahat, penulis, rekan crew, dan seniman melanjutkan prosesi pengambilan gambar. Penulis dan rekan crew berada di pantai terlebih dahulu untuk melakukan persiapan terhadap peralatan pengambilan gambar, sedangkan seniman masih berada di angkringan untuk berganti pakaian. Setelah semua persiapan telah selesai, seniman itu mendekati penulis dan berkata sesuatu. Seakan -- akan seniman tersebut mengetahui isi pikiran penulis di angrkringan tempat penulis beristirahat. Ujarnya dalam bahasa jawa, "Nak semuanya sudah aman. Pekerjaan kita adalah pekerjaan yang melibatkan banyak orang termasuk warga yang menghuni tempat kita bekerja. Sebisa mungkin berikan arahan secara personal dan menggunakan bahasa yang sopan. Ingat kita hanya tamu yang bekerja disini.".

Penulis terdiam cukup lama selepas seniman tersebut melontarkan kalimat tersebut. Kalimat yang memberikan perspektif bagi penulis, untuk mengarahkan sesuatu kepada seseorang dengan pendekatan khusus, sesuai dengan adat dan kebiasaan orang yang bekerja bersama kita.

  • Inti Pembelajaran Dari Sebuah Perkuliahan

Pandemi COVID -- 19 membuat segala aktivitas pendidikan sulit untuk terealisasi secara maksimal. Penulis bahkan merasa, kegiatan perkuliahan menggunakan basis online sangatlah membosankan dan tidak memberikan sumbangsih kepada penulis terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.  Hal tersebut dapat penulis sampaikan, karena situasi pada perkuliahan daring menutup interaksi antara dosen dan juga mahasiswa. Sehingga saat pertama kali perkuliahan berjalan secara daring, penulis mengikuti kuliah hanya untuk sekedar formalitas. Tak habis pikir, kala itu penulis ber-statement bahwa perkuliahan secara daring ataupun luring adalah sesuatu yang sia -- sia.

Namun pola pikir penulis terhadap perkulihaan secara daring berubah setelah penulis melakukan kuliah online di warung yang biasanya penulis singgahi pada jam makan siang. Penulis kerap di dekati oleh salah satu penarik becak yang kebetulan juga makan siang di warung tersebut. Selepas saya selesai berkuliah, penarik becak tersebut mengajak saya ngobrol terkait perkuliahan yang diadakan secar daring. 

Penulis dan penarik becak tersebut berbicara cukup panjang, dan pada akhirnya saya mengetahui bahwa penarik becak tersebut memiliki seorang cucu yang sedang berkuliah juga. "Sebisa mungkin jangan seperti saya !" ujar bapak -- bapak penarik becak yang mengobrol dengan penulis. Beliau rupanya mengkritisi gaya perkuliahan penulis, selama mengikuti perkuliahan daring. "Caramu berkuliah tidaklah benar ! Kamu seharusnya mencatat segala sesuatu yang disampaikan dosenmu ! Bukannya malah ongkang -- ongkang kaki sambil menyeruput kopi panas !" ucap bapak -- bapak penarik becak tersebut dengan nada yang cukup tinggi.

Sepulang dari warung tersebut penulis masih cukup terganggu dengan perkataan bapak -- bapak penarik becak tersebut. Penulis berfikir bahwa "tau apa dia tentang sistim perkuliahan ?". Betapa sempitnya pemikiran penulis pada saat itu. Namun perlahan penulis mulai sadar bahwa tenaga pengajar sudah memberikan yang terbaik, untuk murid -- muridnya menjadi berkembang. 

Mulanya penulis mengaggap bahwa penugasan dari dosen merupakan itikad buruk terhadap mahasiswa, untuk melepas tanggung jawab perkuliahan kepada mahasiswa itu sendiri. Sehingga mahasiswa harus mempelajari materi -- materi secara autodidak. Namun hingga saat ini penulis merasa, bahwa dosen atau tenaga pengajar adalah "sebuah batako" bagi seorang mahasiswa. 

Banyak orang yang memiliki argumen, "belajar bukan dari perkuliahan, namun dari kehidupan sehari -- hari.". Namun penulis berani jamin mahasiswa tidak memiliki inisiatif dalam mencari sebuah ilmu pengetahuan, apabila tidak disuruh oleh seorang dosen. Hingga saat ini penulis sadar betul, betapa pentingnya pendidikan bagi perkembangan akal dan pikiran seseorang. Walaupun dikemas secara daring sekalipun.

  • Vaksin

Penulis merupakan seorang laki -- laki yang memiliki kekurangan, yakni obesitas pada tahun 2020 hingga 2021. Bahkan pada tahun tersebut, penulis memiliki bobot mencapai 130 Kg. Disamping itu, penulis juga memiliki risiko keturunan darah tinggi dan gula darah. Namun hal tersebut tidak membuat penulis risau ataupun cemas dengan keadaannya. Hal terbodoh yang pernah penulis katakana adalah "aku nyaman dengan tubuhku kini, jangan usik kehidupanku !". Namun ketika penulis mengingat -- ingat momen tersebut, penulis merasa kasihan pada dirinya sendiri.

Sumber : Pribadi
Sumber : Pribadi

Penulis sangat bersyukur momen tersebut tidak berlangsung lama. Pada tahun 2021 ketika vaksinasi pertama di distribusikan di Indonesia, saya mendapatkan teguran dari tenaga keseatan yang bertugas melayani vaksinasi. Para petugas heran dengan bobot saya yang mencapai 130 Kg dan tensi mencapai 180/70 mmHg. Karena keadaan tersebut penulis mendapatkan banyak masukan dari pada tenaga kesehatan untuk memperbaiki pola hidup. 

Namun seperti yang penulis sampaikan di awal, bahwa penulis pada saat itu masih bebal dan akhirnya tidak mempedulikan anjuran pada tenaga kesehatan tersebut. Namun pada bulan Agustus 2021 terjadi dua momen yang membuat penulis sadar akan pola hidupnya. Pertama adalah pemerintah menyatakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kepada masyarakat Indonesia, karena varian terbaru dari COVID -- 19 telah masuk di Indonesia. Membuat seluruh masyarakat Indonesia termasuk penulis, harus terdiam di dalam rumah kembali. 

Momen kedua adalah momen dimana role model penulis, yaitu Deddy Corbuzier terserang COVID -- 19 sekaligus Badai Sitokin (kompas.com). Sosok yang penulis anggap sebagai seorang yang sehat di Indonesia, dapat terpapar COVID -- 19, bahkan terserang Badai Sitokin. Hal tersebut membuat penulis mulai takut dan perlahan memperbaiki pola hidup. Mula -- mula penulis mengurangi makan dan melakukan olahraga ringan di rumah, kemudian berlanjut ke pengurangan makan dan menambahkan tingkatan olahraga tiap bulannya.

Hal yang penulis rasakan setelah rutin mengganti pola hidup adalah tubuh yang semakin vit dan ringan. Penulis sudah tidak memiliki nafas yang berat dan tidak  lagi kesulitan berjalan. Bahkan pada tahun 2022 kemarin, penulis berhasil menurunkan berat badan hingga 85 Kg. Ditahun yang sama, penulis kembali menjalani vaksinasi tahap ketiga (3) dan penulis sangat bersyukur, tensi darah penulis kini menjadi 125/80 mmHg.

Penulis menyadari bahwa titik balik dapat di dapatkan dari mana saja dan kapan saja. Bahkan pada masa pandemi sekalipun. Banyak hal yang pada mulanya menjadi hambatan penulis untuk berkembang menjadi lebih baik, diantaranya menganggap enteng orang lain, dan merasa dirinya adalah orang yang paling benar. Penulis menyadari bahwa pada saat itu penulis terperangkap dalam sebuah asumsi bahwa; diriku akan baik -- baik saja dan pasti akan banyak orang yang akan membantu ketika terpuruk. 

Pada dasarnya seseorang yang terbelenggu pada sebuah asumsi yang terlalu besar dalam hidupnya, akan membuat banyak orang tidak nyaman (Keagen, Robert and Lisa Laskow Lahey, 2001). Bahkan pada akhirnya penulis termakan akan asumsi yang dibuatnya sendiri. Namun penulis bersyukur bahwa dirinya dapat menyiasati hambatan -- hambatan tersebut, dan menjadi titik balik yang lebih baik untuk berkembang.

Penulis juga merasa dengan adanya kerja sama dan strategi di setiap lininya, akan mempermudah perkembangan dalam setiap individu yang tergabung dalam sebuah kelompok. Karena dengan pengelompokan tugas, sesuai dengan keahlian dan peminatannya, maka satu lini akan terukur pencapaiannya sehingga memperoleh hasil yang maksimal (Brooks, David,2012).

DAFTAR PUSTAKA

David Brooks. How People Change. New York : New York Times, 2012.

Keegan, Robert and Lisa Laskow Lahey. The Real Reason People Won't Change. Cambridge : Harvard Business Review, 2001.

kompas.com, "7  Fakta Badai Sitokin, Kondisi Yang Dialami Deddy Corbuzier Hingga Kritis". 3 Oktober 2023. https://www.kompas.com/sains/read/2021/08/23/123100523/7-fakta-badai-sitokin-kondisi-yang-dialami-deddy-corbuzier-hingga-kritis?page=all.

news.detik.com, "Data Kasus Corona di Indonesia 17 Mei 2020 Per Pukul 16.00 WIB". 3 Oktober 2023. https://news.detik.com/berita/d-5018410/data-kasus-corona-di-indonesia-17-mei-2020-per-pukul-1600-wib.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun