Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Mengurai Problematika MBG agar Terdistribusi hingga Daerah Terpencil di NTT

17 Januari 2025   11:18 Diperbarui: 17 Januari 2025   17:46 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aroma makanan tak sedap 'hadir' dalam program MBG di Kupang, NTT (dok foto: cnnindonesia.com/Elly)

Jalan ke sekolah di pelosok seperti di Kab Sikka, NTT ini merepotkan jika dapur MBG ada di kota, siswanya saja jalan kaki 3 km  (dok: kompas.com/Serafinus Sandi Hayon Jehadu)
Jalan ke sekolah di pelosok seperti di Kab Sikka, NTT ini merepotkan jika dapur MBG ada di kota, siswanya saja jalan kaki 3 km  (dok: kompas.com/Serafinus Sandi Hayon Jehadu)

2. Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas
Melakukan pelatihan dan peningkatan kapasitas bagi petugas lapangan dan relawan untuk meningkatkan keterampilan dalam pelaksanaan program.

3. Pemanfaatan Teknologi
Memanfaatkan teknologi seperti sistem informasi geografis (SIG) untuk memetakan daerah terpencil, serta aplikasi mobile untuk memudahkan monitoring dan evaluasi program.

4. Penggunaan Metode Alternatif
Menggunakan metode distribusi makanan alternatif seperti penggunaan perahu, sepeda motor, bahkan bisa juga kuda untuk mencapai daerah terpencil yang sulit dijangkau.

Melalui penerapan beberapa langkah tersebut, diharapkan kendala teknis dalam implementasi program makanan bergizi gratis di daerah terpencil dapat diatasi secara efektif.

Dengan demikian, manfaat program MBG dapat dirasakan oleh masyarakat yang membutuhkannya, bukan lebih menyasar pada sekolah-sekolah yang sebenarnya orang tua siswa sudah mampu menyediakan makanan bergizi untuk anak-anak mereka.

Jangankan MBG, di Kupang ada fasilitas sekolah saja sangat minim dan diajar sama guru honorer bergaji Rp 85.000/bulan (dok:Kompas.com/Nansianus Taris)
Jangankan MBG, di Kupang ada fasilitas sekolah saja sangat minim dan diajar sama guru honorer bergaji Rp 85.000/bulan (dok:Kompas.com/Nansianus Taris)

Referensi:
https://laskarmaluku.com/2025/berita-pilihan-redaksi/rusdin-sesal-mbg-datang-ke-smpn-24-terlambat-dan-sudah-bau/
https://www.kompas.id/artikel/aroma-tak-sedap-makan-bergizi-gratis-di-ntt

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun