Kick off makan bergizi gratis atau lebih populer dengan nama MBG sudah hampir berjalan 2 pekan, terhitung sejak implementasi hari pertama pada Senin, 6 Januari 2025 lalu.
Banyak kendala yang dihadapi sejak hari pertama kick off makan bergizi gratis ini. Di Provinsi NTT misalnya, ada beberapa halangan yang perlu diperbaiki.
1. Sedikitnya sasaran sekolah
Hal pertama berkaitan dengan sedikitnya sekolah yang mendapatkan kesempatan untuk menjadi 'sekolah model' dalam pelaksanaan program MBG tahap pertama.
Di  NTT misalnya, lounching MBG difokuskan di Kabupaten Kupang saja. Itu pun hanya ada 12 sekolah yang mendapatkan kesempatan tersebut.Â
Ke-12 sekolah yang beruntung ini adalah:
- TK Santa Angelika Noelbaki.
- SD Inpres Noelbaki.
- SD GMIT Manumuti.
- SD Inpres Puluthie.
- SD GMIT Tuapukan.
- SD Kristen Rehobot.
- SD GMIT Oebelo.
- SDK Santo Yoseph Noelbaki.
- SDN Takolah Indah.
- SMP Kristen Rehobot.
- SMA Plus Kristen Rehobot.
- SMAN 1 Kupang Tengah.
2. Kesiapan SPPG
Faktor kedua, berkaitan dengan kesiapan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur MBG yang dikelola oleh Bada Gizi Nasional (BGN).
Beberapa kasus, pengelola dapur MBG terlambat mengantarkan makanan ke sekolah sehingga siswa tidak makan karena agak bau dan rasanya aneh. Kasus ini terjadi di SMPN 24 Ambon, Maluku.
3. Anak tidak selera
Menu makanan yang disiapkan adalah menu yang serba umum. Sementara, selera setiap anak itu berbeda. Dan tidak mungkin juga, dapur MBG harus menyediakan menu berbeda sesuai request dari setiap siswa.
Di sinilah, peran para guru yang harusnya meyakinkan anak didik mereka untuk bisa menerima makanan yang dihidangkan sebagai ungkapan syukur atas hidangan yang telah disediakan secara gratis.
4. Makanan berbau
Lagi-lagi, makanan yang datang terlambat ternyata sudah berbau dan rasanya aneh. Selain itu, di NTT misalnya. Ada rtempe yang rasanya aneh, tidak seperti biasanya.
Akibatnya, si anak memilih untuk tidak mengonsumsi menu tempe dimaksud. Artinya, persoalan lain bakal muncul karena banyak makanan yang terbuang sia-sia karena tidak dimakan.
Kendala Distribusi MBG
Beberapa kendala teknis yang mungkin dihadapi dalam implementasi program makanan bergizi gratis di daerah terpencil di wilayah NTT adalah seperti hal-hal berikut ini.
1. Terbatasnya Infrastruktur
Daerah terpencil seringkali memiliki infrastruktur yang terbatas, termasuk akses jalan yang sulit, listrik yang tidak stabil, dan kurangnya fasilitas penyimpanan makanan.
2. Kendala Sumber Daya Manusia
Ketersediaan tenaga kerja yang terampil dan terlatih mungkin menjadi tantangan di daerah terpencil.
3. Sulitnya Akses Transportasi
Transportasi yang terbatas dapat menyulitkan distribusi makanan ke daerah terpencil dengan cepat dan efisien.
Strategi mengatasi kendala distribusi MBG
Selain memiliki daerah yang terpencil dan tersebar, NTT dan Indonesia timur lainnya mempunyai banyak pulau kecil yang sulit dijangkau. NTT sendiri memiliki 1.192 pulau besar dan kecil.
Kendala geografis ini, membutuhkan strategi kusus agar MBG dapat terdistribusi dengan baik hingga ke sekolah-sekolah yang ada pelosok dan pulau kecil.
Strategi untuk mengatasi kendala teknis dalam implementasi program makanan bergizi gratis di daerah terpencil antara lain sebagai berikut.Â
1. Kolaborasi dengan Pihak Terkait
Bekerja sama dengan pemerintah setempat, LSM, dan lembaga lainnya untuk memperbaiki infrastruktur dan menyediakan dukungan logistik.
Dapur umum sebaiknya disediakan di desa atau kampung terdekat, mengingat kendala transportasi dan infrastruktur yang tidak memadai. Dengan demikian, layanan MBG dapat berjalan dengan lancar.
2. Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas
Melakukan pelatihan dan peningkatan kapasitas bagi petugas lapangan dan relawan untuk meningkatkan keterampilan dalam pelaksanaan program.
3. Pemanfaatan Teknologi
Memanfaatkan teknologi seperti sistem informasi geografis (SIG) untuk memetakan daerah terpencil, serta aplikasi mobile untuk memudahkan monitoring dan evaluasi program.
4. Penggunaan Metode Alternatif
Menggunakan metode distribusi makanan alternatif seperti penggunaan perahu, sepeda motor, bahkan bisa juga kuda untuk mencapai daerah terpencil yang sulit dijangkau.
Melalui penerapan beberapa langkah tersebut, diharapkan kendala teknis dalam implementasi program makanan bergizi gratis di daerah terpencil dapat diatasi secara efektif.
Dengan demikian, manfaat program MBG dapat dirasakan oleh masyarakat yang membutuhkannya, bukan lebih menyasar pada sekolah-sekolah yang sebenarnya orang tua siswa sudah mampu menyediakan makanan bergizi untuk anak-anak mereka.
Referensi:
https://laskarmaluku.com/2025/berita-pilihan-redaksi/rusdin-sesal-mbg-datang-ke-smpn-24-terlambat-dan-sudah-bau/
https://www.kompas.id/artikel/aroma-tak-sedap-makan-bergizi-gratis-di-ntt
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H