Dan jadilah, daun pisang menjadi makanan empuknya sekaligus dijadikan sebagai rumah sementaranya. Dari luar, ulat ini tidak terlihat tetapi bersembunyi di dalam gulungan daun pisang.
Setelah tergulung, si ulat akan keluar dan membuat gulungan baru. Dalam serangan yang parah, lembaran daun pisang bisa tinggal tulang-tulangnya saja.
Masa menjadi ulat ini hanya selama 30 hari. Setelah itu, akan membuat diri menjadi kepompomg yaitu fase tidak makan dan hanya berdiam diri di dalam gulungan daun pisang.
Masa menjadi kepompong berlangsung selama 10 hari saja, kemudian berubah wujud menjadi kupu kupu muda yang terbang keluar, mencari 'kenikmatan' baru.Â
Kupu kupu muda ini kemudian berkembang menjadi kupu-kupu dewasa lalu kembali bertelur jika sudah waktunya untuk bertelur. Demikian siklus alamnya akan terulang kembali, dari kupu kupu dewasa - telur - ulat - kepompong - kupu kupu muda dan dewasa.
Kerugian akibat serangan ulat penggulung daun pisang
Secara alami, serangan hama penggulung daun dapat menghambat pertumbuhan tanaman pisang. Serangan ulat yang parah, bisa mengurangi proses fotosintesis sebab hampir semua daun pisang dimakan oleh ulat.
Proses fotosintesis yang terhambat, berakibat pula pada buah pisang. Ukurannya menjadi kecil-kecil sehingga secara ekonomis sangat merugikan petani.
Di samping berdampak pada buah pisang dengan ukuran dan bobot yang kecil, salah satu dampak besar dari serangan si Skipper ini adalah menurunnya pemanfaatan daun pisang.
Padahal, manfaat utama daun pisang adalah digunakan sebagai pembungkus makanan tradisional, seperti lemper, ketupat, lontong, nasi bakar, dan tatakan nasi tumpeng.Â
Kelebihan dari daun pisang sebagai pembungkus makanan adalah memberikan aroma khas dan membantu menjaga kelembapan serta kesegaran makanan.