Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menilik Perbedaan Zaken Kabinet Prabowo versus Soekarno dan Harapan Rakyat pada Pemerintahan Baru

12 September 2024   13:09 Diperbarui: 12 September 2024   13:28 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zaken Kabinet Djuanda era Soekarno, dinamakan juga kabinet Karya (dok foto: kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id 

Sebenarnya, rakyat mengerti akan hak prerogatif seorang presiden RI untuk menentukan para pembantunya yang duduk di kementerian dan jabatan tinggi lainnya.

Sebagai warga negara, perlu juga ikut memberi masukan kepada pemimpin kita termasuk bagaimana menempatkan orang-orang dalam kementerian.

1. Kabinet tidak terlalu gemuk

Gemuknya gabungan Parpol KIM pada Pilpres 2024, menyebabkan pembagian kursi menteri dan jabatan tinggi akan menjadi ramai. Sebab setiap parpol akan meminta 'jatah'. 

Demi mengakomodir seluru kepentingan partai KIM maka Prabowo pasti membuat zaken kabinet yang gemuk. Ada menteri, wakil menteri dan menciptakan kementerian baru.

Banyaknya menteri, wakil menteri, dan pejabat tinggi, tentunya membuat biaya semakin membengkak karena setiap kementerian pasti diberikan anggaran, termasuk membiayai personilnya.

Sebagai rakyat yang setia membayar pajak, hanya berharap agar kabinet Prabowo tidak  'tambun' sehingga tidak menambah biaya operasionalnya.

2. Menteri bekerja secara profesional

Meskipun telah disebutkan sepintas  bahwa menteri yang akan diangkat adalah harus punya kompetensi dan berintegritas, rakyat masih khawatir.

Khawatir karena menteri yang diangkat tidak mampu memimpin kementeriannya dengan baik. Lebih sibuk untuk memanfaatkan posisinya dalam melakukan gerakan-gerakan politik bagi keuntungan pribadi dan kelompoknya.

3. Ketua Parpol tidak jadi menteri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun