"Banyak sih yang minta bayar di belakang setelah kripiknya terjual, namun kami tidak mau", kata Sarwono sambil mengulum senyum.
"Kalau pakai sistem titip, kami tak punya modal besar untuk beli bahan mentah tiap hari", timpal sang istri sambil menyilakan penulis dan 2 teman untuk mencicipi kripik manis pedasnya.
Usaha kripik singkong ini baru ditekuni pada tahun 2019. Peralatan yang dimiliki pun masih sederhana.
Ada penggorengan besar lengkap dengan sutel dan peniris. Juga wadah untuk menampung irisan singkong mentah dan produk kripik matang.Â
Kripik digoreng dengan memanfaatkan tungku api. Bahan bakar utama dari kayu karet yang mudah diperoleh di sekitar.
Bahan utama untuk produksi kripik adalah singkong. Sehari, pasangan ini menghabiskan 50 kg singkong mentah untuk menggoreng kripik.
Harga singkong mentah adalah Rp 5.000 per kg. Pengeluaran minimal untuk membeli 50kg singkong adalah Rp 250.000.
Biaya ini belum termasuk bahan lain seperti minyak goreng, garam dan cabai. Termasuk kemasan plastik.
Dalam hitungan cepat, Sarwono mengaku meraup pendapatan kotor sebesar Rp 600.000 per hari.
Keuntungan bersih sekira Rp 250.000 setelah dipotong biaya operasional, termasuk BBM motor.Â