Setelah bertanya soal khabar diri dan keluarga masing-masing, tibalah ia mengutarakan maksudnya. Mencari buruh tani untuk memanen sawit di perusahaan. Jadi kalau ada keluarga atau sahabat di kampung yang mau bekerja memetik sawit selama 2 hingga 3 bulan maka bisa datang ke Riau.
Memang, ada upahnya yang lumayan pantas. Namun tak ada jaminan termasuk jaminan kesehatan sebab mereka hanya dijadikan buruh pemborong.
Artinya, mereka dipersilakan untuk memborong kebun tersebut dengan sejumlah uang. Masak sendiri, atur diri sendiri. Perusahaan hanya memberi upah berdasarkan sistem borongan yang dananya sudah dialokasikan sendiri oleh perusahaan.
Itu hanya contoh kecil. Masih banyak persoalan lain yang dihadapi oleh kaum buruh tani ini. Beberapa kali saya bertemu dengan petani yang benar-benar hanya buruh tani. Menggantung diri pada kebaikan hati majikan saja.
Para buruh tani ini sering diupah hanya dengan hasil, bukan uang. Padahal, keluarganya butuh uang kas. Tidak mungkin kan, ia berobat lalu membayar dengan padi. Atau membayar uang sekolah anak-anak dengan biji jagung.
Harapan untuk Para Buruh Tani di May Day 2023
Sepuluh tahun sudah, 1 Mei dijadikan sebagai hari libur nasional. Kita bergembira karena bisa berlibur, tak melakukan aktifitas di tempat kerja.
Namun tidaklah bagi kaum buruh tani. Mereka tak mengenal yang namanya tanggal merah atau hari libur. Sebab, hari libur adalah ketika mereka tak mendapatkan pekerjaan hari itu.
Menyedihkan, namun kita tetap harus memiliki asa. Harapan bahwa setiap tahun, selalu ada perbaikan dan kaum buruh mendapatkan perhatian yang lebih baik lagi. Tentunya termasuk kaum buruh tani.
Selamat hari Buruh Internasional ke-124: 1 Mei 1889 - 1 Mei 2023