Para pemudik yang pulang kampung sering kali menjadi bahan pengamatan dan perbincangan. Apalagi terlihat pulang membawa oleh-oleh yang banyak dan berbagi dengan sanak famili. Belum lagi membawa kendaraan, baik milik sendiri maupun sewa.Â
Penampilan ala kota yang modern semakin membuat orang-orang desa merasa ingin melakukan hal yang sama. Pergi ke kota untuk mencari kerja. Apalagi sempat mendengar cerita-cerita dari para pemudik yang terkesan sukses bekerja di kota besar.Â
Apalagi ketidakjujuran melengkapi cerita-cerita sukses semu yang ada. Menyewa mobil yang direntalkan tetapi tidak jujur bahwa mobil tersebut adalah mobil rental. Bila perlu dibungkus rapat-rapat kata rental dan yang terlihat adalah milik pribadi.Â
Kedua, pembagian kue lapangan kerja tak berimbang
Setuju atau tidak, pembagian kue yang bernama lapangan kerja di kota dan desa hingga kini belum berimbang. Lapangan pekerjaan lebih terkonsentrasi di kota. Sektor-sektor yang dapat diterapkan di kota lebih banyak daripada di desa. Mulai dari ASN hingga pegawai swasta, termasuk penyediaan jasa pelayanan.
Meskipun banyak lapangan kerja tersedia di kota, tak semua pencari kerja dapat menemukan pekerjaan terbaik seperti yang dibayangkan di saat awal melakukan urbanisasi. Jangankan mendapatkan pekerjaan di sektor formal. Untuk bekerja sementara di sektor informal pun sulit diperoleh.
Akibatnya, para pendatang baru ini tidak mampu mendapatkan pekerjaan. Menjadi pengangguran di kota besar. Sementara, kebutuhan dasar pribadi dan keluarga tetap harus dipenuhi.Â
Ketiga, ingin hidup lebih sejahtera
Semua orang tentunya punya tujuan hidup yaitu ingin sejahtera. Sekalipun pengertian sejahtera itu sangatlah luas, paling tidak pemikiran sederhananya adalah hidup berkecukupan.Â