Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Rendahnya Harga Getah Karet Petani, Siapa Peduli?

1 Februari 2023   12:05 Diperbarui: 2 Februari 2023   04:00 2540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang ibu sedang menyadap karet miliknya di pagi hari sebelum melakukan aktivitas lainnya (dokumentasi pribadi)

Beberapa pria dan wanita, juga menjadi buruh dengan menderes karet milik orang lain dengan sistem paruhan. Hasil getah karet, dibagi dua. Satu bagian untuk tuan kebun dan satu bagian lainnya untuk upah penderes.

Berkunjung ke sesama petani untuk mencoba beberapa koagulan dan mendiskusikan koagulan getah mana yang bisa dipakai (dokumentasi pribadi)
Berkunjung ke sesama petani untuk mencoba beberapa koagulan dan mendiskusikan koagulan getah mana yang bisa dipakai (dokumentasi pribadi)

Sekalipun sudah terbiasa melakukan penderesan, ada beberapa persoalan klasik yang dihadapi oleh para petani. Tentu saja, berpengaruh terhadap kualitas dan harga getah karet. Dari hasil diskusi dengan sahabat petani karet Bukit Jambi, ada 4 hal pokok yang menjadi persoalan petani karet di sana.

1. Getah karetnya kotor

Pengalaman berkunjung ke beberapa kebun karet petani, ternyata kulit-kulit karet yang disadap banyak yang masuk ke mangkok penampungan getah dan dibiarkan saja. Ada pula getah karet yang tidak jatuh ke tanah.

Pada waktu petani mengambil cairan getah karet yang ada di tanah, terambil pula debu, kerikil, daun dan ranting yang melekat. Akibatnya, kualitas getah karet yang dibawa ke penimbangan atau pengepul menjadi menurun. Dan pengepul pasti akan memotong berat getah karet dalam keadaan demikian.

Jika tidak mau dipotong, berarti petani harus membawanya kembali ke rumah, atau pergi menjualnya di tempat lain. Sementara, mereka sedang membutuhkan sejumlah uang kas untuk membiayai kebutuhan hidup keluarga. Karenanya, petani pasrah saja ketika bobot karetnya dipotong.

Seorang ibu sedang menyadap karet miliknya di pagi hari sebelum melakukan aktivitas lainnya (dokumentasi pribadi)
Seorang ibu sedang menyadap karet miliknya di pagi hari sebelum melakukan aktivitas lainnya (dokumentasi pribadi)

2. Memiliki kadar air tinggi

Selain kotor, kadar air juga berpengaruh terhadap harga. Di tingkat petani, getah karet yang baru diambil dan digumpalkan langsung dibawa dan ditimbang ke pengepul yang ada di sekitar kampung.

Datang dengan membawa karet yang airnya banyak. Bahkan masih mengalir di timbangan ketika melakukan proses penimbangan. Lagi-lagi, melihat kondisi ini maka pengepul mengambil kebijakan untuk memotong bobot getah milik petani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun