Batangnya pun keras, seperti pohon kelapa namun terlihat lebih hitam. Batang luarnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.Â
Jika kering dapat digunakan juga sebagai kayu api. Daunnya tumbuh setiap saat. Akan gugur bersama pelepahnya ketika tiba waktunya untuk gugur.
Saboak termasuk dalam tumbuhan berumah dua. Ada pohon khusus jantan, dan ada pohon khusus betina. Kebanyakan air nira disadap dari pohon jantan. Sedangkan pohon betina lebih banyak menyumbangkan buahnya untuk diambil air dan buah mudanya.
Pohon yang termasuk dalam famili palem-paleman atau Arecaceae ini sangat bermanfaat bagi penduduk di NTT.Â
Saking bermanfaatnya, seringkali dijuluki sebagai pohon kehidupan. Sebab, banyak orang yang menggantung hidupnya pada keberadaan pohon ini.
Dari semua suku yang ada di NTT, orang Rote dan Sabu adalah yang paling banyak memanfaatkan saboak dan dijadikan sebagai komoditas andalan dalam memenuhi kehidupan mereka. Tidaklah mengherankan, di mana ada pohon saboak disitu ada orang Rote atau Sabu.
Di Timor, orang Rote datang dan melakukan kegiatan bertuak (mengambil nira lontar) dan membuat kebun. Karenanya, kebanyakan pohon lontar itu dikelola oleh orang Rote. Mereka adalah pemanjat terlatih. Setiap hari bisa memanjat puluhan pohon lontar yang tinggi tanpa berhenti.
Pohon saboak, memiliki banyak manfaat. Batang, pelepah daun, daun, hingga bunga dan buahnya. Karenanya, banyak orang yang menjadikan pohon saboak sebagai sumber mata pencaharian. Menggantungkan diri dengan mengambil dan memanfaatkan produk lontar.