Jangan sampai MC keasyikan, meminta pengantin melakukan ini dan itu. Juga meminta saksi atau orang tua kedua belah pihak untuk melakukan sesuatu yang tidak dikonfirmasikan. Akibatnya, orang tua merasa dikerjaian dan tidak mengikuti panduan MC. Kalau mengikuti, terlihat setengah-setengah dan penuh kedongkolan.
Ketiga, MC Harus Peka
MC harus memahami bahwa acara resepsi ini dihadiri oleh berbagai tingkatan umur. Mulai dari bayi, remaja, dewasa, hingga mereka yang yang sudah berusia lanjut.
Pilihan kata, tidak boleh terkesan vulgar dan tidak layak didengar oleh hadirin yang belum dewasa. Demikian juga adegan berciuman bibir dengan bibir, atau pengatin pria membopong pengantin wanita.
Juga pemilihan kata dari MC haruslah tepat, tidak vulgar. Pilihan MC yang tepat, bisa membuat suasana acara resepsi menjadi lancar. Tidak bertele-tele, tetapi berjalan dengan lancar dan nyaman. Jangan sampai terlalu asyik dengan diri sendiri sampai acaranya berlarut-larut dan undangan terlambat makan.
Sebaiknya Tak Perlu Ada Wedding Kiss
Lalu, perlukah ada acara wedding kiss dalam resepsi? Bagi saya, tidak perlu ada. Apalagi resepsi dilakukan di rumah pengantin. Sebab, wedding kiss yang berlangsung di atas panggung dengan durasi yang cukup lama itu disaksikan oleh seluruh undangan. Termasuk di dalamnya adalah anak-anak.
Lagi pula, sejarah pernikahan kita orang Timor itu tidak ada bagian wedding kiss. Pemberkatan di Gereja saja, ketika pengantin pria membuka selubung pengantin wanita, maka yang dicium adalah keningnya. Bukan bibir ketemu bibir dalam durasi yang cukup lama.
Hal-hal yang sifatnya privasi bagi kedua pengantin, tak perlu kita pertontonkan ke publik. Lakukan di dalam kamar pengantin saja, ketika acara telah selesai dan para undangan sudah bubar. Privasi.
Fenomena menghadirkan wedding kiss dalam resepsi pernikahan hendaknya dikaji ulang, terutama oleh para pengantin dan orang tua. Sebab vendor tentunya hanya menerima pesanan. Rasanya tidak pantas, dipertontonkan di atas panggung pernikahan. Ditonton oleh banyak orang dengan kategori umur yang berbeda-beda pula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H