Dari pucuk gebang, dapat dibuat aneka tali. Tetapi harus melalui proses pemisahan serat tali dengan bagian yang tidak kuat. Hasil pemisahan ini dinamakan kufa.
Kufa inilah yang akan digunakan untuk memintal aneka tali untuk mengikat ternak. Selain itu, kufa juga digunakan untuk mengikat motif-motif pada proses mengikat kain tenun ikat.
Sebagai Dinding Rumah dan PagarÂ
Pelepah gebang yang panjang dan bergerigi dapat dimanfaatkan untuk membuat pagar. Sedangkan jenis gebang yang kecil memiliki pelepah yang kecil dan ramping. Pelepah gebang dinamakan bebak.
Bebak-bebak kecil ini biasanya disusun sedemikian rupa dalam 3 bilah bambu, lebih kurang lebarnya seperti daun pintu. Lalu disatukan sebagai dinding. Jadilah rumah berdinding bebak, beratap daun gebang yang sederhana tapi sejuk.
Buahnya Enak dan Bijinya untuk Perhiasan
Daging buah pohon gebang hampir mirip dengan buah enau yang biasa dikenal dengan nama kolang-kaling. Namun ukuran buah gebang lebih kecil dibandingkan dengan buah enau. Anak-anak, termasuk orang dewasa suka memakan buah  gebang karena tekstur yang kenyal dan rasanya agak manis.
Biji gebang dapat dilubangi dan dibuat manik-manik sebagai perhiasan. Guru-guru SD di kampung juga biasa mewajibkan anak-anak didik mereka untuk membuat sempoa dari untaian biji gebang ini.
Niranya Bisa Dibuat Tuak
Apabila pohon gebang sudah mendekati saat akan mati, maka ia akan berbunga. Penduduk yang pintar lalu naik dan memotong bunga tersebut. Nira yang manis akan mengalir dari potongan bunga tersebut.
Nira ini, biasa difermentasi yang dinamakan tuak. Seringkali dicampur dengan beberapa jenis kayu yang dapat memabukkan apabila diminum. Namanya Tua menu.
Nira harus diambil sebanyak dua kali, pada pagi dan sore hari. Saat diambil, maka tangkai bunga harus dipotong lagi agar niranya terus mengalir. Demikian dilakukan terus-menerus sampai pohon gebang berhenti mengeluarkan niranya.