Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Solidaritas dalam Bingkai Krisis Pangan dan Hari Pangan Sedunia

17 Oktober 2022   12:51 Diperbarui: 19 Oktober 2022   09:40 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi beras sebagai pangan nasional. Sumber: Kompas.com/Garry Lotulung

"Leave No One Behind, tak meninggalkan siapa pun di belakang."

Setiap tanggal 16 Oktober, dunia memperingatinya sebagai hari pangan sedunia. Tahun ini, merupakan peringatan kali ke-46, yang mana Hari Pangan Sedunia lahir pada tanggal 16 Oktober 1976.

Tahun ini, dunia kembali memperingatinya dengan serangkaian seruan dan aksi.  Hari Pangan tahun ini mengambil tema, 'Leave No One Behind', Tak meninggalkan siapa pun di belakang.

Jangan membiarkan orang lain kelaparan, apalagi mati kelaparan. Yang sudah mampu, membantu yang belum mampu. Yang di atas menarik tangan orang yang di bawah, untuk naik ke atas.

Kelaparan, tentu saja berkaitan dengan pangan. Makanan, merupakan kebutuhan paling dasar yang menjadi prioritas utama dalam kehidupan manusia. Manusia boleh tidak memiliki pakaian dan rumah, tetapi tidak bertahan dengan kelaparan akibat tidak memiliki makanan.

Krisis Pangan Dunia

Menarik sekali jika kita mengikuti trend krisis pangan dunia. Trend kenaikan harga pangan global, menjadi prediksi awal terjadinya krisis.

Negara-negara yang tadi menjadi eksportir pangan tertentu ke negara lain, akan menurunkan tingkat ekspor bahkan menghentikan tindakan ekspor. Wajar-wajar saja, sebab setiap negara pasti mengutamakan kepentingan negaranya terlebih dahulu.

Selamat Hari Pangan Sedunia ke-46, 16 Oktober 2022 (Dok foto: eatworldfoodday.org/indozone.id)
Selamat Hari Pangan Sedunia ke-46, 16 Oktober 2022 (Dok foto: eatworldfoodday.org/indozone.id)

Krisis pangan, telah disuarakan oleh FAO sejak tahun 2021 lalu. Selaku organisasi PBB yang mengurus makanan dan pertanian dunia, FAO mengungkapkan beberapa indikator seperti berhentinya Brazil mengekspor jagung dan gula. Juga meningkatnya kebutuhan permintaan jagung yang sangat tinggi dari Tiongkok.

Krisis pangan dunia lebih berdampak lagi bagi negara-negara pengimpor pangan dari negara lain. Pengurangan dan penghentian pasokan pangan, menimbulkan instabilitas negara. Gejolak bermunculan. Kriminalitas meningkat.

Kekeringan ekstrem di negara-negara produsen pangan juga turut menyumbang krisis pangan dunia. Belum lagi perang Rusia-Ukraina yang belum usai. Harga bahan pangan meningkat pesat, menjadikan rakyat tak mampu membeli. Banyak orang kemudian menjadi orang miskin baru.

Kondisi krisis pangan global, bakal menambah beban berat target keseluruhan SDGs tahun 2030.

Tiga Agenda Menarik SDGs Terkait Pangan

Tema hari Pangan Sedunia ke-46 tetap merujuk pada agenda Sustainable Development Goals di tahun 2030. Sekedar mengingatkan kembali, terdapat 17 agenda besar PBB seperti tertulis dalam gambar berikut.

17 agenda SDGs yang ingin dicapai di tahun 2030 (dok foto: globasistersreport.org)
17 agenda SDGs yang ingin dicapai di tahun 2030 (dok foto: globasistersreport.org)

Dari 17 agenda besar disebut, paling tidak ada 3 agenda MDGs yang berkaitan dengan krisis pangan dunia.

Agenda ke-1, No Poverty

Tidak ada kemiskinan, merupakan agenda pertama SDGs yang harus dicapai di tahun 2030. Bank Dunia mematok, pada tahun 2030 angka kemiskinan ekstrem turun di bawah 3 persen. Kemiskinan ekstrem sendiri diartikan sebagai kondisi yang menggambarkan masyarakat berada pada kemiskinan terparah. Tnp2k.co.id menyebutkan, keadaan ini setara dengan USD 1,9 keseimbangan kemampuan belanja per kapita per hari.

Dari padi inilah, muasal beras yang ditanak menjadi nasi. Salah satu makanan pokok penting di dunia (Dok foto: solopos.com)
Dari padi inilah, muasal beras yang ditanak menjadi nasi. Salah satu makanan pokok penting di dunia (Dok foto: solopos.com)

Lantas, bagaimana pengurangan kemiskinan di dunia saat ini? Data tahun 2000-2015 yang disajikan oleh katadata.co.id menunjukkan, negara di Afrika bernama Tanzania memiliki capaian tertinggi dalam urutan pengurangan kemiskinan ekstrem yaitu sebesar 3,2 persen.

Sementara dalam tahun yang sama, Indonesia menduduki peringkat ke-11. Pengurangan angka kemiskinan ekstrem di Indonesia sebesar 2,1 persen. Pemerintah Indonesia sendiri menargetkan untuk mencapai kemiskinan ke level nol persen di tahun 2024.

Di satu sisi, dampak Covid-29 ternyata menambah angka kemiskinan di Indonesia, meskipun tidak miskin ekstrem. Riset dari smeru.or.id menyebutkan, sebanyak 1,3 juta orang jatuh miskin sehingga menambah angka kemiskinan menjadi 8,5 juta orang.

Melihat data-data di atas, maka kemungkinan capaian pengurangan kemiskinan seperti target dari SDGs menjadi sangat berat. Dampak covid-19, perang Rusia-Ukraina, ekonomi dunia yang lagi lesu, dan perubahan iklim yang tak dapat diprediksi, nampaknya akan menyumbangkan poin terbesar bagi kemiskinan. Baik kemiskinan di tingkat regional, nasional, maupun internasional.

Peta sebaran kemiskinan di Indonesia dimana Indonesia bagian timur memiliki tingkat kemiskinan tertinggi (Dok foto: katadata.co.id)
Peta sebaran kemiskinan di Indonesia dimana Indonesia bagian timur memiliki tingkat kemiskinan tertinggi (Dok foto: katadata.co.id)

Agenda ke-2, Zero Hunger

Nol kelaparan atau tak ada kelaparan di dunia, menjadi tujuan kedua SDGs yang ingin dicapai pada tahun 2030. Target yang harus ditindaklanjuti dengan kerja keras agar terjadi penurun kelaparan menuju ke level nol.

Namun dalam laporan fao.org berjudul the State of Food Security and Nutrition in the World di tahun 2022, tercatat bahwa angkat kelaparan malahan meningkat di tahun 2021 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kelaparan penduduk dunia, mencapai 828 juta orang per 2021, bertambah sebanyak 46 juta orang.

Perihal Indonesia, tercatat Indeks Kelaparannya menurun di tahun 2021. Namun masih menempati urutan tertinggi kedua di bawah Laos untuk negara-negara di Asia Tenggara (data dari katadata.co.id).

Apabila kasus kelaparan ini dilihat berdasarkan provinsi, maka Provinsi Papua sering kali menempati kasus yang berulang untuk bencana kelaparan. Provinsi dengan kekayaan yang besar ini, penduduknya masih banyak yang mengalami kelaparan.

Kasus wabah kelaparan di Kabupaten Lanny Jaya Papua yang menewaskan setidaknya 3 orang (berita 4 Agustus 2022), menunjukkan bahwa kasus kelaparan ekstrem masih sering terjadi di bumi Indonesia. Entah karena keterlambatan penanganan atau faktor kekeringan, tetaplah kita masih bermasalah dengan pangan.

Mari meningkatkan akses rakyat terhadap pemenuhan gizi seimbang (Dok foto: kafapet-unsoed.com)
Mari meningkatkan akses rakyat terhadap pemenuhan gizi seimbang (Dok foto: kafapet-unsoed.com)

Kelaparan diakibatkan oleh karena kesulitan atau ketiadaan penduduk untuk mengakses makanan. Belum lagi terkait dengan kecukupan gizi dalam setiap asupan pangan per orang di daerah yang mengalami krisis pangan.

Agenda ke-13, Climate Action

 Aksi Iklim, berkaitan dengan antisipasi dunia menghadapi perubahan iklim yang sedang terjadi. Banyak studi telah disampaikan kepada publik, akibat dari perubahan iklim secara global.

Terjadi kekeringan ekstrem dan anomali banjir telah menelan korban jiwa di berbagai belahan bumi. Gagal panen, nelayan tak melaut, pasokan kuantitas dan kualitas air bersih menurun. Suhu meningkat drastis, menimbulkan penyakit bahkan mengakibatkan kematian bagi makhluk hidup, termasuk manusia.

Aksi kita, adalah merawat bumi di sekitar kita. Tidak membuang sampah sembarangan. Menggunakan air bersih secukupnya. Tidak menggunakan bahan kimia berlebihan dan terbuang di lahan. Juga tidak menebang pohon-pohon secara serampangan.

Salah satu climate action melalu youth climate action camp 2022 (Dok foto: matranews.com)
Salah satu climate action melalu youth climate action camp 2022 (Dok foto: matranews.com)

Darimana Memulai Aksi Solidaritas Pangan Dunia?

Berpikirlah secara global, dan bertindaklah secara lokal. Hampir semua orang mungkin mengetahui prinsip tersebut, bahkan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Solidaritas terhadap sesama di sekitar kita, menjadi awal mula untuk berkontribusi terhadap sesuatu yang global. Memberikan sebungkus nasi pada orang yang kelaparan, merupakan langkah darurat yang seharusnya diikuti dengan bantuan yang sifatnya lebih berkesinambungan. Tak hanya memberikan ikan, tetapi memberikan pancing bagi yang bersangkutan untuk pergi memancing sendiri.

Solidaritas juga tak sebatas pada sesama manusia. Kepedulian terhadap lingkungan di sekitar menjadi syarat utama untuk mendukung tercapainya SDGs 2030.

Apabila semua berkomitmen untuk menjalankannya, maka krisis pangan dan krisis lainnya dapat ditanggulangi secara bersama-sama. Mari berpikir global dan bertindak secara lokal, mulai dari lingkungan kita.

Membimbing anak mulai peduli dengan lingkungan, bertanam sebagai wujud keterlibatan dalam mengurangi krisis pangan dan climate changes (dok pribadi)
Membimbing anak mulai peduli dengan lingkungan, bertanam sebagai wujud keterlibatan dalam mengurangi krisis pangan dan climate changes (dok pribadi)

Selamat memperingati Hari Pangan Sedunia, 16 Oktober 2022. Sekali lagi, Leave No One Behind!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun