Kekeringan ekstrem di negara-negara produsen pangan juga turut menyumbang krisis pangan dunia. Belum lagi perang Rusia-Ukraina yang belum usai. Harga bahan pangan meningkat pesat, menjadikan rakyat tak mampu membeli. Banyak orang kemudian menjadi orang miskin baru.
Kondisi krisis pangan global, bakal menambah beban berat target keseluruhan SDGs tahun 2030.
Tiga Agenda Menarik SDGs Terkait Pangan
Tema hari Pangan Sedunia ke-46 tetap merujuk pada agenda Sustainable Development Goals di tahun 2030. Sekedar mengingatkan kembali, terdapat 17 agenda besar PBB seperti tertulis dalam gambar berikut.
Dari 17 agenda besar disebut, paling tidak ada 3 agenda MDGs yang berkaitan dengan krisis pangan dunia.
Agenda ke-1, No Poverty
Tidak ada kemiskinan, merupakan agenda pertama SDGs yang harus dicapai di tahun 2030. Bank Dunia mematok, pada tahun 2030 angka kemiskinan ekstrem turun di bawah 3 persen. Kemiskinan ekstrem sendiri diartikan sebagai kondisi yang menggambarkan masyarakat berada pada kemiskinan terparah. Tnp2k.co.id menyebutkan, keadaan ini setara dengan USD 1,9 keseimbangan kemampuan belanja per kapita per hari.
Lantas, bagaimana pengurangan kemiskinan di dunia saat ini? Data tahun 2000-2015 yang disajikan oleh katadata.co.id menunjukkan, negara di Afrika bernama Tanzania memiliki capaian tertinggi dalam urutan pengurangan kemiskinan ekstrem yaitu sebesar 3,2 persen.
Sementara dalam tahun yang sama, Indonesia menduduki peringkat ke-11. Pengurangan angka kemiskinan ekstrem di Indonesia sebesar 2,1 persen. Pemerintah Indonesia sendiri menargetkan untuk mencapai kemiskinan ke level nol persen di tahun 2024.
Di satu sisi, dampak Covid-29 ternyata menambah angka kemiskinan di Indonesia, meskipun tidak miskin ekstrem. Riset dari smeru.or.id menyebutkan, sebanyak 1,3 juta orang jatuh miskin sehingga menambah angka kemiskinan menjadi 8,5 juta orang.