Pertama, mencari, mengumpulkan dan membawa pulang ternak sapinya ke kandang. Jika seluruh sapi muda telah dikandangkan bersama induknya, maka besoknya akan dilaksanakan tindakan memberi cap dan memotong telinga sapi muda.
Keesokan harinya, pemilik sapi bersama beberapa orang akan datang ke kandang untuk memulai proses. Peralatan yang dibawa adalah tali untuk mengikat sapi-sapi tersebut pada leher dan kaki. Juga membawa besi cap yang biasanya menggunakan besi beton.Â
Setelah sampai di kandang, mereka akan berbagai kerja. Ada yang bertugas membuat perapian lalu membakar besi cap hingga panas dan membara. Sedikitnya ada 4 besi yang digunakan untuk cap.Â
Beberapa orang akan masuk ke kandang dan mulai menjerat sapi yang akan dicap dan dipotong telinganya. Setelah diikat, maka tukang cap akan masuk dan mencap sapi itu. Sering kali sapi memberontak selama berlangsungnya malak ini.Â
Malak biasanya dilakukan pada paha sapi. Ada yang sebelah menyebelah, tetapi paling sering adalah pada satu bagian paha saja. Selesai melakukan cap, barulah telinga sapi dipotong ujungnya sebagai tambahan bahwa sapi tersebut bukan sapi liar.Â
Biasanya paha yang dicap dan telinga yang dipotong ini akan luka dalam beberapa hari. Kemudian mengering. Cap ini akan membekas pada kulit dan tidak ditumbuhi bulu-bulu sapi.
Kerugian Malak dan Hel Lukef
Sapi yang diperlakukan seperti ini, tidak akan pernah diikutsertakan dalam kontes sapi. Sebab, syarat sapi kontes yang sering diadakan oleh dinas peternakan setempat adalah sapi yang mulus. Tidak ada cacatnya, termasuk dicap atau dipotong telinganya.
Karena itu, sulit sekali untuk mengikutsertakan sapi dalam kontes. Tetapi bagi peternak, paling penting adalah sapinya tidak ditipu atau dicuri orang.Â
Itulah tradisi malak dan het lukef sapi di Biboki, Timor yang masih dilaksanakan hingga kini.Â