Hampir semua ternak dan kuda di Pulau Timor, dipelihara dengan sistem lepas. Kawanan ternak ini akan mencari sendiri pakan berupa rerumputan di padang sabana sekitarnya.
Juga memakan dedaunan yang tersedia dekat sumber air. Bahkan seringkali menjebol pagar kebun petani untuk masuk dan memakan apa saja yang ada di dalam kebun. Jagung, padi, singkong, dan kacang-kacangan.Â
Sesekali, pemilik akan pergi mencari ternaknya lalu menggiring mereka ke kandang yang letaknya lumayan jauh. Peternak yang rajin, akan sering mencari dan membawa pulang ternaknya di kandang.
Minimal, dikandangkan sekali per dua hari. Sedangkan yang kurang rajin atau sibuk akan membiarkan ternaknya berkeliaran di padang rumput. Lama-kelamaan, kawanan ternak ini akan berkembang menjadi liar dan sulit untuk dimasukkan ke dalam kandang.
Karena ternak-ternak ini berkeliaran bebas di padang sabana, termasuk berinteraksi dengan sapi milik orang lain, maka pemilik akan memberi tanda. Simbol kepemilikan itu dilakukan dengan memberi malak dan het lukef.Â
Malak, adalah istilah bahasa dawan Timor untuk kegiatan menuliskan inisial nama pemilik pada ternak sapi dan kuda. Dalam bahasa Indonesia disebut dengan memberi cap pada sapi.
Het Lukef, juga merupakan istilah bahasa dawan Timor yaitu kegiatan memotong ujung kuping ternak. Bisa salah satu kuping atau keduanya. Setiap bentuk potongan kuping, menandakan kedudukan sang pemilik dalam strata sosial masyarakat setempat.
Malak atau memberi cap biasa dilakukan pada sapi dan kuda. Apabila telah disapih oleh induknya, maka akan dicap oleh pemilik. Sedangkan het lukef biasa juga dilakukan pada kambing, selain kuda dan sapi.
Manfaat Malak dan Het Lukef
Malak dan Het Lukef merupakan tanda kepemilikan ternak. Di Biboki dan daerah lain di Pulau Timor, sapi-sapi biasanya diberi cap berupa inisial pemiliknya.Â
Ada juga cap berupa gambar atau simbol. Namanya malak tali'. Cap atau malak tali' ini adalah tanda dari dari setiap suku yang dipertahankan secara turun-temurun.
Mengapa sapi dan kuda harus dicap oleh pemiliknya?Â
Tentu saja agar orang tahu, bahwa ternak tersebut adalah milik seseorang. Ternak yang sudah berumur satu tahun, namun belum dicap dan dipotong ujung telinganya, maka bisa jadi akan dimiliki oleh orang lain ketika bergabung dengan ternak milik orang lain dan berhasil dimasukkan ke dalam kandang.
Ternak yang belum dicap dan dipotong telinganya itu, akan diklaim oleh orang lain. Karenanya, semua pemilik ternak merasa wajib untuk memberi tanda pada ternaknya.Â
Tindakan mengklaim sapi orang lain ini sejatinya tergolong kategori penipuan. Tidak jarang, apabila si pemilik mengetahuinya dengan bukit-bukti yang kuat, maka sapi tersebut akan diambil kembali oleh pemiliknya yang asli. Tentu saja, ditambah lagi dengan denda yang biasanya diputuskan oleh hakim adat setempat.Â
Jadi, malak dan het lukef pada sapi bertujuan untuk menghindarkan orang lain dapat mengklaim ternak seseorang. Juga tanda, bahwa sapi tersebut bukanah sapi liar yang kadang diburu untuk ditangkap.
Persiapan Melakukan Malak dan Het Lukef
Setiap tahun, pemilik sapi akan melakukan kegiatan ini. Paling sering dilakukan pada bulan Juni atau Juli. Sebab pada bulan-bulan tersebut, seluruh sapi muda telah disapih oleh induknya. Artinya, sapi ini bisa berinteraksi dengan sapi milik orang lain.Â
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh pemilik sapi untuk melakukan kegiatan ini.Â
Pertama, mencari, mengumpulkan dan membawa pulang ternak sapinya ke kandang. Jika seluruh sapi muda telah dikandangkan bersama induknya, maka besoknya akan dilaksanakan tindakan memberi cap dan memotong telinga sapi muda.
Keesokan harinya, pemilik sapi bersama beberapa orang akan datang ke kandang untuk memulai proses. Peralatan yang dibawa adalah tali untuk mengikat sapi-sapi tersebut pada leher dan kaki. Juga membawa besi cap yang biasanya menggunakan besi beton.Â
Setelah sampai di kandang, mereka akan berbagai kerja. Ada yang bertugas membuat perapian lalu membakar besi cap hingga panas dan membara. Sedikitnya ada 4 besi yang digunakan untuk cap.Â
Beberapa orang akan masuk ke kandang dan mulai menjerat sapi yang akan dicap dan dipotong telinganya. Setelah diikat, maka tukang cap akan masuk dan mencap sapi itu. Sering kali sapi memberontak selama berlangsungnya malak ini.Â
Malak biasanya dilakukan pada paha sapi. Ada yang sebelah menyebelah, tetapi paling sering adalah pada satu bagian paha saja. Selesai melakukan cap, barulah telinga sapi dipotong ujungnya sebagai tambahan bahwa sapi tersebut bukan sapi liar.Â
Biasanya paha yang dicap dan telinga yang dipotong ini akan luka dalam beberapa hari. Kemudian mengering. Cap ini akan membekas pada kulit dan tidak ditumbuhi bulu-bulu sapi.
Kerugian Malak dan Hel Lukef
Sapi yang diperlakukan seperti ini, tidak akan pernah diikutsertakan dalam kontes sapi. Sebab, syarat sapi kontes yang sering diadakan oleh dinas peternakan setempat adalah sapi yang mulus. Tidak ada cacatnya, termasuk dicap atau dipotong telinganya.
Karena itu, sulit sekali untuk mengikutsertakan sapi dalam kontes. Tetapi bagi peternak, paling penting adalah sapinya tidak ditipu atau dicuri orang.Â
Itulah tradisi malak dan het lukef sapi di Biboki, Timor yang masih dilaksanakan hingga kini.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI