Ke depannya, para orang tua akan diajak untuk memikirkan bersama, bagaimana memfasilitasi ABK dalam kehidupan kesehariannya.Â
Tantangan kedua, kebutuhan peralatan sangat besar. Sementara, sekolah memiliki sarana yang sangat minim. Karenanya, sekolah akan membentuk tim untuk menyusun suatu rencana strategi.Â
Dengan perencanaan yang terdokumentasi dengan baik ini, maka sekolah dapat mengajukan kegiatan ke lembaga lain yang memiliki perhatian dengan pengembangan kapasitas anak-anak difable.Â
Coaching Menjadi Metode Mendidik di SLBN yang Masih Relevan
Di SLBN Baradatu, para guru bertindak sebagai pendamping atau fasilitator bagi anak-anak. Para pendidik ini dibekali dengan metode coaching atau bimbingan.Â
Siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya. Bisa dalam perorangan atau secara berkelompok untuk berkreasi, termasuk mencoba memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi. Tentu saja dengan pendampingan oleh para pendidik.
Coaching yang dilakukan oleh para guru SLBN Baradatu, bertujuan untuk memandirikan siswa mereka. Agar mandiri, maka siswa harus dilatih untuk trampil. Mulai dari hal-hal kecil seperti mengancingkan baju, mengikat tali sepatu atau mencuci tangan dengan betul.
Dalam jangka panjang, tujuan utama dari perjuangan para guru SLBN Baradatu adalah menyiapkan masa depan mereka. Kelak, apabila siswa sudah siap untuk kembali ke masyarakat, maka mereka tidak menjadi beban keluarga dan masyarakat.
SLBN Baradatu, memiliki kelompok peminatan. Paling tidak, saat ini ada tiga kelompok ketrampilan yang dapat dipilih oleh siswa didik mereka: Tata boga, tata busana dan pertanian.
Beberapa alumni SLBN Baradatu, bahkan bisa bekerja di pergudangan, cafe atau mandiri sebagai penjahit. Sayangnya, salah satu wakil kepala sekolah menyatakan, ABK yang sudah dibekali ketrampilan di sekolah, masih tidak dilirik dalam dunia kerja.