Kondisi di atas, terjadi pada sekolah yang siswanya tidak berkategori Anak Berkebutuhan Khusus. Jika sekolah berkategori normal saja sudah mengalami kesulitan, maka sekolah khusus untuk mendidik Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pastilah lebih sulit lagi.
Namun sesulit apapun, jika dilakukan dengan ketulusan hati dan semangat team work, maka kondisi berbagai kesulitan akan dapat diatasi.
Dari Membiasakan ABK menjadi Bisa
Jika sesuatu dibiasakan, dilakukan secara berulang-ulang maka akan menjadi biasa. Demikian juga Anak Berkebutuhan Khusus. Mereka tidak secepat anak yang bersekolah di sekolah normal.
Karena itu, cara mendidik mereka pun berbeda. Harus lebih sabar dan kreatif agar mereka mau untuk mengikuti apa yang minta. Entah berupa menirukan bunyi, menggerakkan tangan, berjalan atau menjalankan aktifitas lainnya.
Kepala Sekolah SLBN Baradatu, Wasthofah, M.Pd.I menyampaikan, bahwa berulangan tak dilakukan hanya dalam satu atau dua hari. Sebab, apa yang sudah dapat ditiru oleh anak didik hari ini, sering dilupakan pada keesokan harinya. Agar tidak lupa, maka selalu harus dilakukan perulangan secara konsisten.
Tidaklah mengherankan, jika hampir di setiap tembok sekolah dipasang berbagai foto atau gambar menarik agar anak didik dapat melihatnya (bagi yang penglihatannya normal).Â
Ada gambar tentang siswa sedang mencuci tangan. Gambar tentang menjaga kebersihan lingkungan. Juga bagaimana membiasakan diri untuk beribadah.
Banyak kendala yang dihadapi oleh para pendamping. Tantang pertama, datangnya dari siswa dan orang tua. Sering kali siswa tidak hadir di sekolah karena kesibukan orang tua.Â