Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Peduli Sampah dengan Mengurangi atau Memilah Bekas Pembungkus

19 Februari 2022   14:35 Diperbarui: 19 Februari 2022   15:03 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Gufron Aksara dalam Waste4Change.com

Sebagian besar orang sudah paham betul tentang konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) berkaitan dengan  peningkatan tumpukan sampah dan pencemaran lingkungan. 

Sampah anorganik, utamanya plastik bekas pakai sering menggunung di TPA. 

Bukan hanya di TPA. Sampah dibungkus dan dibuang di lahan orang. Pejalan kaki dengan santai membuang bekas pembungkus permen, botol mineral kosong dan pembungkus makanan di jalan sambil berlalu. Kadang, ada penumpang mobil membuang plastik permen, dan kemasan air mineral kosong dari dalam mobil mereka. Tanpa beban. Sudah terbiasa. 

Barangkali mereka berpikir, toh ada orang yang bertugas untuk menyapunya. Jika tidak, masih ada pemulung plastik. Hitung-hitung berbagi rezeki. Ah, pikiran murahan jika memang seperti itu. 

Konsep memang gampang dihafal, tetapi implementasi sulit dilakukan. Apalagi kepedulian tentang sampah. Itu terkait dengan kesadaran pribadi setiap individu. 

Sekalipun ada himbauan, larangan atau slogan seperti: buanglah sampah pada tempatnya; dilarang membuang sampah di sini!; kebersihan adalah sebagian dari iman, tetaplah tidak membuat semua orang sadar diri.

Itu baru sampah yang dihasilkan dari bungkusan makanan atau wadah air mineral. Belum lagi sampah yang dihasilkan dari pembungkus pesanan online yang meningkat pesat akhir-akhir ini. 

Dua tahun lalu (20 April-5 Mei 2020), LIPI telah mengeluarkan hasil survey mereka terkait peningkatan sampah plastik akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dimana banyak orang bekerja dari rumah (WfH). 

Meskipun surveynya terbatas pada responden pilihan di wilayah Jabodetabek, LIPI menemukan penggunaan pembungkus makanan meningkat pesan akibat order makanan secara online. Bahkan temuan LIPI menunjukkan, persentase sampah plastik pembungkus aneka paket online ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan persentase plastik dari kemasan yang dibeli. 

Masih dari penelitian LIPI, paket layanan delivery makanan lewat jasa kurir online ini biasanya dibungkus dengan plastik yang tebal, ditambah bubble wrap dan tak ketinggalan selotipnya. 

Survey menarik ini dapat dibaca dalam http://lipi.go.id/berita/peningkatan-sampah-plastik-dari-belanja-online-dan-delivery-selama-psbb/22037

Mengurangi dan Memilah Sampah Kita

Sampah memang sulit dipisahkan dari kehadiran manusia. Selalu ada sisa atau bekas pembungkus produk yang tak dipakai. Sebagian orang masih beranggapan, sampah ya sampah. Semua barang yang tak terpakai, disimpan saja di tempat sampah dan selesai. 

Padahal andai kita mau ikut peduli tentang gerakan pengurangan sampah, bisa kita lakukan sekali pun kelihatannya kecil. 

Mari kita mulai dari berpikir untuk mengurangi penggunaan kantong plastik belanjaan. Dewasa ini, lumayan banyak orang yang sudah membawa tas belanja ke pasar atau super market. 

Jadi tak perlu membungkus barang belanjaan dengan kantong plastik dari tempat belanja. Tindakan mereka ini, bukan karena ada pemberlakuan pembelian kantong belanjaan tetapi mereka sudah berpikir dan bertindak untuk turut mengurangi sampah plastik. 

Selain mengurangi sampah plastik, tindakan memilah-milah sampah pun dapat kita lakukan. Pembungkus minuman berupa gelas plastik, botol-botol air mineral, dapat digunakan untuk menanam sayuran dan bunga. Tak perlu malu menggunakan yang bekas. Bahkan jika diberi sentuhan seni, maka akan terlihat keren. 

Sampah organik selayaknya dipisahkan dari anorganik dan limbah B3. Bungkusan-bungkusan dari kertas, kardus dapat dicincang-cincang kecil,  dicampur dengan cincangan dedaunan dari halaman rumah untuk dibuat jadi kompos. Murah, tapi memiliki manfaat yang besar. Untuk mengurangi sampah, juga hasil pengomposan dapat dipakai untuk tanaman di pekarangan rumah. 

Hari ini kita memulai dari yang kecil. Besok dan lusa kita akan mudah untuk melakukan perkara yang lebih besar. 

Mari berjuang bersama-sama mengurangi sampah di sekitar kita. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun