Dari si B, akhirnya si A tahu kalau saya seorang penulis. Padahal sebelumnya saya sudah wanti-wanti pada si B untuk tidak mengatakan apa yang sering saya kerjakan di rumah.
Seperti di film para agen, seorang agen rahasia akan selalu meminta pada teman yang dipercayainya untuk merahasiakan jati dirinya dan itulah yang saya lakukan, hemmm... (yang ini sengaja ngambil dari adegan film), tapi si B beralasan kalau orang yang dikenalkannya pada saya juga suka menulis. Dari situlah semua moment itu bermula.
Suatu hari saya dan si A ngobrol lewat telefon, awalnya pembicaraan berjalan biasa-biasa saja, tapi saat saya bertanya padanya,
"Kamu masih nulis sekarang?"
"Nggak, buat apa?" kalimatnya langsung sinis dan bersambung, "sekarang ini nggak jamannya lagi nulis, banyakin baca aja."
Deg, seperti ada batu yang melempar ulu hati ini. Saya bingung kenapa tiba-tiba seorang teman yang baru beberapa bulan saya kenal menjawab dengan kalimat se-sinis itu. Kemudian saya pun tidak membahas ucapannya, karena saya pikir dia mungkin ada masalah sampai harus memberi jawaban yang membuat saya tersinggung.
Tapi, beberapa hari kemudian, saat saya sedang asyik menulis sebuah cerita pendek, tiba-tiba dia mengirimi sms.
"Sedang apa, sibuk ya?"
Dan saya pun menjawab. "Ya, aku lagi nulis nih hehehe ...."
Tidak disangka kiriman sms selanjutnya adalah, "jadi orang, jangan cuma mikir terus di rumah. Kamu tahu nggak, jadi penulis itu nggak asyik, seperti 'nggak mau keluar dari zona aman', ngabisin waktu aja."
Sekali lagi saya diamkan ucapannya dan sekali lagi juga masih berpikir untuk tetap berprasangka baik. Lewat dari beberapa hari, si A itu kembali mengirimi saya sms.
"Berhentilah menulis, jadi penulis itu cuma mimpi disiang bolong. Menulis itu nggak ada tantangannya sama sekali."