Mohon tunggu...
Viride
Viride Mohon Tunggu... Buruh - penulis

Penulis tidak dapat menulis secepat pemerintah membuat perang; karena menulis membutuhkan pemikiran. - Bertolt Brecht (Penulis dari Jerman-Australia)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hati Ibuku Setahun yang Lalu

23 September 2018   18:46 Diperbarui: 23 September 2018   19:01 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa semua ini, Julie?" tanyanya tampak tidak tahu, tapi terlihat menahan amarah.

"Semua itu pemberian dari Tante Mery."

"Ibu tahu, di sini ada kartu ucapannya." Ibu memperlihatkan sebuah kartu dari salah satu tas belanjaan.

"Sudahlah, Bu. Terima saja semua barang-barang itu. Tante Mery tetap baik walaupun kita melupakannya hampir setahun ini." Aku mendekat untuk merayu.

"Tidak. Ibu tidak bisa melupakan perlakuan wanita itu dan kata-katanya setahun yang lalu. Kita harus mengembalikan, membuang atau membakar semua ini." Beliau mengultimatum sambil berdiri.

"Jangan, Bu," jawabku kesal berusaha memunguti semua tas-tas belanjaan itu untuk kukembalikan ke dalam lemari.

"Kau tidak boleh menyimpannya," ucap ibu sambil merampas beberapa tas belanjaan yang sudah kupegang.

"Tapi kenapa, Bu? Apa yang salah? Ini semua untuk kita!" Aku berteriak kesal.

"Jangan keras kepala, Julie. Kalau kau lebih menyukai semua pemberian dari wanita itu, pergi dari rumah ini dan tinggal saja bersama mereka!" ibu mengeluarkan nada yang tidak kalah keras.

Aku terkejut mendengar pengusiran dari beliau. Hati ini langsung panas, refleks tubuhku berputar, masih dengan pakaian seragam SMA berlari keluar rumah. Masih terdengar suara ibu memanggil, tapi terlambat.

Kuterima kalimat menyayat itu dan pergi sambil menangis, langkah kaki membawa ke tempat yang sudah lama tak kudatangi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun