“Hai, kau orang yang pernah datang ke rumahku saat mencari Aaron, ‘kan?” Jenna bertanya sambil memberi isyarat pada orang tuanya agar jalan lebih dulu.
“Iya.” Sambil menghapus air mata, perempuan itu mengangguk. Kemudian mengulurkan tangan. “Aku, Cindy,” ujarnya.
Jenna lalu menyambut uluran itu sambil menyebutkan nama. Gadis itu mulai membuka perbicaraan. “Maaf, kalau boleh tahu. Bagaimana hubunganmu dengan Aaron?” tanya Jenna. Keduanya lalu berjalan santai menuju tempat parkir.
“Kami putus.”
“Putus, kenapa?” Jenna bertanya dengan semangat, tapi Cindy diam.
“Pasti ada perempuan lain, iya, ‘kan?” tanyanya lagi, memberi spekulasi.
“Tidak, bukan karena perempuan lain,” jawab Cindy dengan tersenyum sedih.
“Kalau bukan karena itu, tidak mungkin karena laki-laki lain, ‘kan?” Jenna bercanda sambil tertawa kecil. Ia merasa konyol saat mengeluarkan kata-kata itu.
“Justru karena laki-laki lain, aku kalah,” jawab Cindy cepat, lalu menyambung kalimat, “awalnya aku tidak percaya, tapi Aaron mengatakan kalau dia sudah terlanjur sayang pada Deni. Mereka saling mencintai, hari ini adalah dua tahun hubungan mereka.”
Mendengar nama kakaknya disebut sebagai kekasih Aaron, Jenna terkejut dengan mulut setengah terbuka. Pantas saja selama ini kakaknya selalu marah dan uring-uringan kalau ia mendekati laki-laki itu. Bukan karena ingin melindungi, tapi karena cemburu.
Di kejauhan, Jenna hanya bisa terpaku melihat pesawat yang ditumpangi keduanya lepas landas di udara. Gadis itu tampak sangat shock.