"Dari mana saja kamu? Jam segini baru pulang."
"Anda tidak perlu tahu. Toh selama ini anda juga tidak pernah peduli terhadap saya." Bunga pun pergi menuju tangga untuk ke kamarnya yang ada di lantai atas.
"Kamu tidak ada sopan sopannya terhadap saya, saya ini papa kamu Bunga!!" teriak Bunga yang tidak dipedulikan oleh Bunga.
Setelah beberapa bulan kejadian di mana ayahnya membentaknya mereka tidak pernah bertemu lagi karena sang ayah yang selalu dinas keluar negeri dan sang anak yang jarang pulang. Jika kalian bertanya di mana pengasuh Bunga jawabannya adalah pengasuh Bunga sudah mengundurkan diri karena ingin menikah dengan saudagar kaya. Semakin lama penyakit yang Bunga derita semakin parah karena Bunga hanya meminum obat tanpa mau operasi ataupun kemoterapi. Bunga berfikir untuk apa ia melakukan hal itu toh ujung-ujungnya ia akan mati, jikapun ia hidup juga tidak ada yang peduli terhadapnya.
Sekarang Bunga berada di sebuah pantai, Bunga berada di sini karena ingin menikmati sisa hidupnya. Bunga melihat sekeliling banyak keluarga yang sedang bercanda gurau. Bunga merenung dia tidak pernah merasakan bagaimana bahagianya disayang oleh orang tuanya. Kenapa harus dia yang mengalami ini semua, Bunga merasa Tuhan tidak adil.
Tuhan aku ingin seperti mereka, kenapa mama sama papa tidak pernah bisa sayang sama aku?"
"Tolong Tuhan, sekali saja aku ingin merasakan kebahagiaan."
"Aku juga ingin seperti anak-anak itu yang bisa bermain bersama
orang tuanya, mereka bisa merasakan bagaimana bahagianya diberi
kasih sayang dan perhatian dari orang tua mereka, namun kenapa aku tidak bisa, kenapa Tuhan kenapa?!!...hiks kenapa harus aku Tuhan?
"Bunga menangis menumpahkan semua unek-unek yang mengganjal di hatinya.
Hari sudah mulai gelap, namun Bunga enggan pergi dari pantai, dia ingin menikmati indahnya sang surya sang tenggelam. Matahari sudah menghilang digantikan dengan sinar rembulan yang menyinari bumi. Bunga pun pergi dari pantai dan menuju halte bus yang menuju rumahnya, namun tiba-tiba ia merasakan sakit yang luar biasa menyerang dadanya, pandangan Bunga mulai kabur, dan Bunga pun pingsan di atas trotoar.