Struktur selanjutnya yang penting adalah orientasi, di mana merupakan sebauh pengenalan situasi, karakter pada cerita. Biasanya, setiap kisah yang tertulis dalam sebuah karya fiksi memiliki berbagai jenis orientasi.
Pengenalan ini meliputi tentang pengenalan tokoh, karakter, waktu latar belakang, situasi, serta permasalahan yang diangkat, juga hubungan antar para tokoh yang ada di dalamnya. Cara pengenalannya juga sangat beragam, sesuai dengan tema cerita yang diambil.
Biasanya, pengenalan tokoh serta karakteristiknya akan digambarkan secara perlahan. Seiring dengan berjalannya cerita, nantinya akan muncul beberapa tokoh baru.Â
Besar kemungkinan juga ada sisi lain dari tokoh dalam cerita yang baru diketahui setelah cerita akan berakhir. Hal ini juga dilakukan oleh penulis untuk mendukung alur cerita dan juga mengolah emosi setiap pembaca.
3. Komplikasi
Di mana bagian munculnya konflik pada saat memasuki pertengahan cerita sampai klimaks.Â
Konflik ini menjadi penting untuk ada dan dibuat dengan sangat matang, sampai mampu menghidupkan sebuah cerita.
Cerita yang tidak mempunyai komplikasi akan terasa sangat datar dan juga membosankan.Â
Maka dari itu, adanya berbagai konflik ini mampu menghadirkan warna yang variatif serta kompleks. Dengan begitu, cerita yang disajikan akan selalu menarik.
4. Rising action
Rising action adalah semua tumpukan permasalahan, peristiwa, serta gejolak emosi yang menimbun menjadi satu. Pada titik inilah penapakaian konflik akan terasa sangat berat dan juga melelahkan untuk tokoh utamanya.
Hal ini pada akhirnya akan memicu tokoh utama membawa alur cerita ke tingkatan yang tertinggi. Biasanya, sebuah cerita akan mencapai pencapaian konflik yang terasa seolah tidak ada jalan lagi nantinya.
5. Klimaks
Di bagian ini menjadi titik puncak konflik dari sebuah cerita. Setelah cerita berkembang dari awal mulanya hanya pengenalan karakter, kemudian muncul konflik, dan berkembang mencapai puncak masalah.