***
Di saat semua orang sedang berjalan menjauhi sekolah, di dalam kelas, seorang pria menyelipkan sebuah amplop coklat tebal ke dalam tas genggam yang tergeletak di atas kursi guru.
"Tak perlu repot-repot begini lain kali. Saya jadi tidak enak"
"Pastikan ibu melakukan tugas dengan baik ya. Pokoknya anak saya harus mendapat peringkat pertama"
"Bapak tenang saja, anak itu tak punya apa-apa seperti anak bapak. Otaknya tidak akan dapat membuatnya berhasil kali ini"
Hampir setiap orang tua pemegang saham di sekolah tersebut menyuap para guru agar anaknya berada di posisi teratas dan mengalahkan Helena. Helena terkenal sebagai anak yang sangat cerdas, dan selalu mendapat nilai terbaik dalam semua mata pelajaran. Namun kenyataan yang ada berbanding terbalik dengan yang seharusnya terjadi.
Tiba-tiba, Helena mendapat telepon dari rumah sakit jiwa tempat ibunya dirawat. Kabar duka pun datang. Semalam, ibunya menjadi tak terkendali dan dengan sengaja meminum seluruh obat dengan dosis yang berlebih dan dinyatakan telah meninggal sore itu. Helena benar-benar tidak dapat menerima kenyataan pahit yang dialaminya. Tanpa ibunya, ia hanyalah seorang diri di dalam dunia yang kejam ini.
Keesokan harinya, setelah acara penguburan ibunya, Helena mampir ke sebuah caf untuk meluangkan waktu seorang diri. Sambil melihat-lihat menu, ia antri untuk memesan minuman.
"Selamat datang, mau pesan apa?", tanya seorang pria dengan suara yang terdengar tidak asing di telinga Helena.
"Finlo"
"Helena"