"Iya pak, saya memang tidak ingin dikenal, sampai sekarang saja bapak tidak mengenal saya bukan?"
"iya, mba, saya tidak kenal mba, mba pakai masker", kata si bapak.
Sebelum saya ke rumah bapak yang ini, saya sudah pernah ke rumah bapak yang di belakang beberapa tahun yang lalu," kataku.
"Oh saya tidak ingat mba" kata bapak itu.
"Iya banyak yang bapak temui mungkin orang-orang seperti saya, kalau saya kan memang dulu hampir tiap bulan memberi sama bapak, walau bapak tidak kenal saya, biasanya saya memberi dengan kantong plastik, dan saya memberinya ketika bapak mulung di area RSUD Cengkareng dan Mall Taman Palem, saya naik motor dan pakai helm. Saya memang sengaja pak pakai helm, agar bapak tidak kenal saya".
"Iya mba, saya lupa, saya tidak ingat lagi," katanya.
"Iya pak, karena saya langsung pergi setelah bapak terima," kataku.
"Iya, mba, memberi dengan tangan kanan tanpa diketahui tangan kiri," kata si bapak.
Ayahnya Dimas adalah seorang pemulung, biasanya mengutip sampah, botol-botol mineral mulai dari jam satu siang dan pulang jam lima sore untuk dijual. Penghasilan per hari sekitar Rp 25.000 hingga Rp 50.000 paling tinggi, kebanyakan Rp 25.000 kadang dipungut langsung jual, tetapi kadang karena ada lahan di belakang rumahnya jadi ayah Dimas mengumpulkan barang rongsokannya baru dijual.
Daerah tempat memulung bapak dan Dimas adalah area sekitar jalan Rumah Sakit Umum Cengkareng, dulu Hotel Aston, Mall Taman Palem dan kembali ke rumah.
Mereka setiap hari memulung. Ayahnya selalu membawa Dimas setiap hari dengan duduk di kursi roda. Ayahnya mendorong Dimas melewati jalan-jalan tersebut.