Pak Mulyadi: Iya non, maaf ya non, karena saya teringat saja, biasanya sebelum dia ketemu non, dia pergi dulu beli cemilan katanya buat non, dia sudah sediain P3K di mobil dan motornya non, katanya siapa tahu nanti kaki non sakit, karena kecapean atau masuk angin.
Pretty: Masa sih pak
Pak Mulyadi: Iya non, pak Praja sangat sayang sama non. Dia juga menyediakan handuk, kaos kecil ukuran non di mobilnya, kata pak Praja waktu itu, siapa tahu non keringatan saat mengajar anak-anak di kolong jembatan, dia sediain peralatan mandi, semua non. Non Pretty tidak tahu?
Pretty: Tidak pak.
Pak Mulyadi: Sebelum semua lengkap pak Praja tidak berangkat  ke rumah non. Non juga katanya suka makan jeruk medan, dia selalu sempatkan beli itu untuk non, sampai dapat non.
Pretty: Pantesan tiap hari bawanya jeruk medan pak.
Pak Mulyadi: Pak Praja sayang banget sama non, tapi Tuhan lebih sayang sama bapak ya non. Kasihan pak Praja setiap minggu dia harus kontrol
Pretty: Hati Pretty menjadi terguncang kembali, tidak terasa air matanya jatuh, dia tidak menyangka begitu perhatian dan pedulinya Praja sama dia.
Pak Mulyadi: Maaf non, mengingatkan non, saya hanya bercerita bagaimana cinta pak Praja sama non saat hidupnya. Ini non saputangan, ini juga ada di mobil pak Praja yang belikan untuk non, siapa tahu non keringatan saat melayani. Itu ada nama non Pretty di saput tangannya, sengaja dijahit pak Praja agar tidak ketukar dengan sapu tangan yang lain. Ini buat non, satu lusin masih ada di mobil.Â
Pretty: Terima kasih pak, sambil menangis
Perjalanan sejam menuju Kokas, tante Mia sudah ada di restoran tempat mereka dulu pernah mangkal dengan Praja