Mohon tunggu...
Gouw Aij Lien
Gouw Aij Lien Mohon Tunggu... Psikolog - psikolog klinis

gouw aij lien

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Terapi Ekspresif: Praktik dan Manfaatnya

13 Oktober 2021   12:38 Diperbarui: 13 Oktober 2021   12:45 2987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Terapi Ekspresif : Praktek dan Manfaatnya

Gouw Ay Lien

Sepanjang hidupnya, sejak lahir sampai usia tua dan meninggal manusia selalu berhadapan dengan berbagai  masalah.  Permasalahan yang dialami manusia setiap hari sangat beragam , dari yang sederhana sampai yang kompleks.   

Pada umumnya permasalahan yang dihadapi semakin kompleks seiring bertambahnya usia. Permasalahan yang dihadapi manusia ada yang bisa diatasi dan diselesaikan sendiri, namun tidak sedikit yang memerlukan bantuan orang lain misalnya keluarga dan teman. Disamping itu, ada cukup banyak masalah yang memerlukan bantuan professional untuk mengatasinya melalui terapi medis, konseling dan psikoterapi.

Kegiatan konseling  dan psikoterapi pada umumnya dilakukan dengan menggunakan komunikasi verbal. Namun demikian, setiap orang memiliki cara berkomunikasi yang beragam untuk mengungkapkan perasaan dan pemikirannya. 

Menurut Cathy A.Malchiodi (2005) terapis yang efektif memahami gaya komunikasi kliennya dan bagaimana menggali dan mengeluarkan hal hal yang terbaik dari diri klien mealui relasi menolong. 

Dari pengalamannya selama lebih dari 20 tahun Cathy A. Marciodi sebagai terapis dan konselor kesehatan mental klinis, telah menggunakan seni sebagai suatu cara menolong individu individu memperoleh perspektif baru dan menjadi partisipan aktif dalam terapi mereka.  

Apakah dengan anak yang berduka, keluarga yang dalam keadaan distress atau orang dewasa yang bergumul dengan gangguan emosional. Malchiodi terkesan dengan kekuatan seni dan permainan untuk menolong orang mengalami, menghayati dunia mereka dalam cara baru, mengkomunikasikan pemikiran dan perasannya, menstimulasi perubahan positif dan meningkatkan kesejahteraannya (well-being).

Cathy A Malchiodi (2005) juga mengemukakakan bahwa selama 100 tahun terakhir, banyak individu di bidang psikologi, psikiatri, konseling, terapis seni kreatif telah mengakui dan menghargai potensi seni, musik, gerakan, menulis, drama dan aktifitas lain dalam terapi.  

"Terapi Ekspresif" merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk mendefinisikan penggunaan terapeutik dari seni dan permainan pada anak., remaja, dewasa, keluarga dan kelompok. 

Seperti halnya terapi verbal, terapi ekspresif digunakan untuk memfasilitasi perubahan, komunikasi, pemecahan masalah, dan ketrampilan interpersonal serta meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan individu dalam semua usia. 

Namun demikian, berbeda kontras dengan terapi yang semata-mata verbal, metode terapi  ekspresif melibatkan partisipasi aktif dari klien dengan maksud, tujuan tertentu individu dan sering dilengkapi dengan intervensi  verbal. Sebagai hasilnya, pendekatan ini mendorong klien untuk ikut serta dalam suatu proses ekspresi-diri dengan mengkomunikasikan secara objektif pikiran, perasaan, pengalaman dan persepsi dalam cara yang tidak selalu dicapai dengan kata-kata saja.

Terapi ekspresif dikenal sebagai suatu terapi dalam konseling dan psikoterapi dimana klien dapat mengkomunikasikan dan mengekspresikan perasaan perasaan dan pemikiran-pemikirannya melalui aktifitas yang berkaitan dengan seni, musik, tari-tarian, drama, puisi serta permainan.

Pengertian Terapi Ekspresif

Psikologi mendefinisikan Terapi Ekspresif didefinisikan sebagai "terapi tindakan" (Weiner, 1999) karena terapi ini merupakan metode action-oriented dimana klien mengaksplorasi isu, masalahnya dan mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya.

Cathy A Malchiodi (2005) mengemukakan istilah ekspresif terapi atau expressive arts therapy didefinisikan sebagai penggunaan seni, musik, tari, gerakan, drama, puisi, tulisan kreatif, bermain dan kotak pasir (sandtray) dalam konteks psikoterapi, konseling, rehabilitasi atau pemeliharaan kesehatan (health care). Disamping itu, terapi ekspresif kadang ditunjukkan sebagai "pendekatan integratif" (Integrative approaches) saat digunakan dengan maksud tertentu dalam kombinasi dalam treatment.

Sejarah Singkat Terapi Ekspresif

McNiff (1981, 1992) mengemukakan bahwa seni secara konsisten sudah menjadi bagian dari kehidupan sebagai mana penyembuhan (healing)  sepanjang sejarah manusia. Sekarang  ini terapi ekspresif memiliki peran yang semakin diakui dalam kesehatan, rehabilitasi dan penanganan gangguan mental. 

Meskipun demikian, sebagaimana McNiff mengamati, terapi terapi ini sudah digunakan sejak purbakala sebagai bentuk treatment  preventif dan reparatif. Sebagai contoh, orang orang Mesir dilaporkan mendorong orang dengan penyakit mental untuk menggunakan danikut terlibat dalam aktifitas artistik (Fleshman & Fryrear, 1981); orang Yunani menggunakan drama dan musik untuk kegiatan reparatif (Gladding, 1992); cerita Raja Saul dalam Alkitab menjelaskan atribut musik  yang menenangkan.  Ide penggunaan seni sebagai suatu tambahan untuk treatment medis muncul dalam periode akhir 1800 sampai 1900. 

Selama masa ini mulai ada gerakan untuk menyediakan treatment yang lebih manusiawi bagi orang dengan penyakit mental  dan "terapi moral", melibatkan seni dalam treatment. (Fleshman & Fryrear, 1981). Joseph Moreno (1923), penemu psikodrama, mengusulkan penggunaan enactment sebagai suatu cara untuk memulihkan kesehatan mental. Moreno juga menjelaskan penggunaan latihan peran dan "monodrama" (dalam mana seorang partisipan memainkan semua bagian dari dirinya). 

Terakhir, bidang  terapi bermain pasir, kotak pasir, dan fondasi dari terapi bermain dipresentasikan dalam "World Technique" oleh Margaret Lowenfeld  pada tahun 1920an. (Lowenfeld, 1969). Lowenfeld memulai training nya sebagai seorang dokter anak dan kemudian mulai melakukan observasi mengenai permainan anak anak, mengembangkan suatu metode penggunaan mainan untuk memahami aspek psikososial  klien anak.

Terapi seni kreatif dikenal lebih luas selama tahun 1930 dan 1940 an saat para psikoterapis dan artis mulai menyadari bahwa ekspresi diri melalui metode nonverbal seperti melukis, membuat musik  atau gerakan dapat membantu bagi orang orang dengan penyakit mental yang parah. 

Karena "penyembuhan melalui percakapan" ("talking cure") kurang praktis bagi banyak pasien, terapis secara bertahap mulai menggunakan terapi seni kreatif dalam treatment. Rumah sakit  psikiatrik utama seperti  Menninger Clinic di Kansas dan St. Elizabeth di Washington, DC, memasukkan, menggabungkan seni  dan terapi aktivitas dalam treatment  sebagai  modalitas yang menghasilkan  manfaat psikoterapeutik.

Peranan terapi ekspresif dalam praktek  treatment dan intervesi

Secara umum, seperti halnya konseling dan psikoterapi, sesi terapi ekspresif bisa dibuka dengan diskusi mengenai goals, kekuatiran, masalah yang sedang dihadapi individu, keluarga atau kelompok. Berbeda dengan terapis yang mengeksplorasi isu-isu  melalui percakapan, terapis ekspresif mendorong individu individu untuk menggunakan suatu bentuk komunikasi ekspresif sebagai suatu cara, alat untuk eksplorasi  lebih jauh.  

Sebagai contoh, klien mungkin diminta menggambar  image suatu ide, memainkan suatu situasi atau ikut serta berperan dalam suatu dialog dramatis, memanipulasi satu set figures dalam suatu kotak pasir (sandtray), menulis sebuah cerita pendek atau puisi, bermain dengan mainan atau barang-barang untuk pentas (props), atau menggunakan instrument music untuk mengekspresikan suatu perasaan. 

Tergantung pada klien, terapis bisa juga memulai suatu sesi dengan aktifitas pemanasan (warm-up activity) seperti olah raga.  misalnya menulis cepat, peregangan (stretches), gerakan sederhana, atau bersenandung irama yang familiar.

McNiff (1981) dalam karyanya The Art and Psychotherapy, mengamati bahwa terapi ekspresif memperkenalkan tindakan, action dalam psikoterapi dan bahwa  "tindakan dalam lingkup terapi dan kehidupan jarang terbatas pada suatu cara/mode ekspresi yang spesifik". 

Sementara percakapan masih menjadi metode tradisional  tukar menukar, saling memberi  dalam terapi dan konseling, para  praktisi terapi ekspresif mengetahui bahwa orang orang juga memiliki gaya ekspresif yang berbeda beda -- satu individu mungkin lebih visual, yang lain lebih taktil, dan seterusnya. 

Bila terapis mampu memasukkan, melibatkan, mencantumkan variasi kapasitas kapasitas  ekspresif ini dalam pekerjaannya dengan klien, mereka dapat lebih penuh mengembangkan kemampuan orang untuk berkomunikasi secara efektif dan otentik.

Manfaat dari Terapi Ekspresif

Sementara studi yang membuktikan efektifitas terapi seni pada berbagai pasien masih relatif sedikit, ada karakteristik terapi seni yang membedakan terapi ini dari terapi verbal semata-mata dan menggarisbawahi manfaatnya sebagai suatu bentuk treatment. 

Pertama dan yang utama, sementara kebanyakan terapi bergantung pada kata-kata untuk menyampaikan arti, terapi ekspresif memberikan klien kesempatan untuk mengeksternalisasikan pemikiran dan perasannya melalui gambaran visual. Membuat suatu gambaran (image), apakah gambar, lukiran atau patung, merupakan suatu pengalaman berpikir visual dan dapat menjadi sumber informasi tambahan bagi klien dan terapis.

Membuat seni, apakah dalam bentuk menggambar dengan pensil secara sederhana atau lukisan atau patung yang lebih elaboratif, merupakan pengalaman alami karena menggunakan indera-indera perabaan, penglihatan, serta pendengaran dan penciuman. 

Terapi seni melibatkan tindakan fisik, kualitas kinestetik dan pengalaman perceptual. Karena modalitasnya melibatkan tubuh, ini menambahkan dimensi lain bagi terapi verbal atau dapat digunakan sebagai bagian dari intervensi verbal, tergantung tujuan treatment.

Ekspresi seni menawarkan produk tangible dan abadi yang memberikan komponen berharga bagi terapi. Seni juga berfungsi sebagai objek transisional berupa rekaman kongkrit terapi serta peringatan relasi klien -- terapis diantara sesi pertemuan. Gambar atau lukisan dapat dilihat, ditunjukkan dan dibicarakan pada sesi yang berlangsung atau sesi berikutnya. 

Bagi beberapa individu, memandangi sebuah gambar dengan terapis bisa lebih mudah daripada saling memandang, melakukan kontak mata. Membicarakan suatu gambar dan maknanya mungkin lebih mudah daripada berbicara langsung pada terapis mengenai isu sensitive atau kompleks.

Ekspresi  seni  juga membantu melepaskan emosi. Dalam istilah psikologi, ini dikenal sebagai katarsis,

Terapi Ekspresif menggunakan media, gambar seni dan proses kreatif, dan menghormati respon klien terhadap produk produk yang diciptakan sebagai refleksi dari perkembangan, kemampuan, kepribadian, minat (interests), dan konflik. 

Ini merupakan suatu alat terapeutik bagi rekonsiliasi konflik konflik emosional, mengembangkan kesadaran diri (self awareness), mengembangkan ketrampilan sosial, mengelola perilaku, menyelesaikan masalah, mengurangi kecemasan, membantu orientasi realitas dan meningkatkan harga diri /self-esteem. (American Art Therapy Association, 2004).

DAFTAR PUSTAKA

Malchiodi, C A (2005), Expressive Therapies, New York, The Guilford Press.

Richardson, Carmen (2016). Expressive arts therapy for traumatized children and adolescents : a four-phase model -  1st  Edition, New York, Routledge

Bandung, 13 Oktober 2021

Gouw Ay Lien

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun