Mohon tunggu...
Goris Lewoleba
Goris Lewoleba Mohon Tunggu... Konsultan - Alumni KSA X LEMHANNAS RI, Direktur KISPOL Presidium Pengurus Pusat ISKA, Wakil Ketua Umum DPN VOX POINT INDONESIA

-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden Prabowo Subianto, "Mendayung di Antara Dua Karang"

31 Januari 2025   09:14 Diperbarui: 31 Januari 2025   09:36 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dikatakan demikian karena, Prabowo Subianto, yang adalah mantan Jenderal Kopassus dan politikus kawakan itu, pernah menjadi calon presiden pada beberapa pemilu, termasuk pada 2014 dan 2019.
Bahkan, pada tahun 2014, Prabowo Subianto bersaing secara sangat sengit melawan Joko Widodo dalam pemilu presiden, yang akhirnya dimenangkan oleh Joko Widodo.

Sedangkan Megawati, yang merupakan putri dari Presiden pertama Indonesia, Sukarno, yang juga adalah Srikandi Merah Putih, Tokoh Politik Legendaris, yang tak sanggup ditumbangkan  oleh rezim Orde Baru,  merupakan mantan presiden dan juga Ketua Umum PDI-P (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan). Megawati memainkan peran penting dalam politik Indonesia, dan partainya sering kali menjadi kekuatan dominan dalam aliansi politik  di Indonesia dalam versi dan formula politik apapun.

Ada fakta politik yang unik dan menarik, dimana relasi antara mereka bisa dikatakan relatif dinamis dan bersifat esoterik.

 Hal ini disebabkan karena, pada Pilpres 2014, Prabowo berhadapan langsung dengan Jokowi yang didukung oleh Megawati dan PDI-P. Namun, dalam politik Indonesia, hubungan dan relasi politik seperti itu, kerap kali sering berubah,  dan melepas pisah seperti air di daun talas.

Hal seperti ini dapat terkonfirmasi dalam catatan sejarah  politik di negeri ini, misalnya, pada 2019, Prabowo yang sebelumnya menjadi rival Jokowi, pada akhirnya bergabung dengan pemerintahan Jokowi sebagai Menteri Pertahanan,  setelah keduanya melakukan adegan  "Pelukan Politik" di atas MRT di Lebak Bulus, yang telah membuat banyak orang menjadi kecewa berat, dan tak sanggup untuk  move on sampai hari ini.

Hal itu  menunjukkan bahwa, meskipun mereka memiliki perbedaan politik yang fundamental,  tetapi hubungan politik antara Prabowo, Megawati, dan Jokowi tidak selalu konsisten, karena situasi politik dapat berubah seiring waktu,  dengan perubahan konteks dan kondisi politik.

Dengan demikian, maka memang benar adanya ungkapan adagium politik klasik yang menyatakan bahwa, "dalam dunia politik, tidak ada kawan dan lawan yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan".
 
Sementara itu, dalam konteks hari ini, posisi Prabowo Subianto dalam politik Indonesia bisa dianggap berada di tengah pusaran politik antara Megawati Soekarnoputri dan Joko Widodo, yang belakangan ini sedang dalam posisi politik yang diametral dan paradoksal, bahkan sebagian kalangan menganggap Joko Widodo telah menjadi semacam  "Malin Kundang" bagi Megawati yang adalah "ibunya" sendiri,  yang telah "melahir besarkannya" dari seorang tukang kayu di kota Surakarta menjadi seorang Presiden Republik Indonesia selama dua periode.

Dalam analisis yang lebih kontekstual, dapat dikatakan bahwa, secara historis, Prabowo memiliki hubungan yang cukup rumit dengan keduanya.

Hal dimaksud secara lebih obyektif dapat dinarasikan bahwa,  pada periode 2004 dan 2009, Prabowo bersaing langsung dengan Megawati dalam pemilihan presiden. Namun, setelah Pilpres 2014, Prabowo bergabung dengan koalisi pemerintah yang dipimpin oleh Jokowi, meskipun sebelumnya dia adalah rivalnya di Pilpres 2014. Pada Pilpres 2019, Prabowo kembali bersaing dengan Jokowi. Namun, pada 2020, Prabowo bergabung dalam kabinet Jokowi sebagai Menteri Pertahanan, yang memperlihatkan hubungan yang lebih kooperatif antara mereka.

Dengan demikian, dalam konteks politik saat ini, Prabowo cenderung lebih dekat dengan Jokowi secara formal sebagai mantan atasan (presiden) dan terutama karena "balas jasa",  meskipun hubungan pribadi dan politiknya dengan Megawati dan PDI-P tetap lebih signifikan, terutama mengingat sejarah PDI-P dan Gerindra yang sering bergandengan tangan di panggung politik.

Meskipun demikian,  secara keseluruhan, Prabowo berada di posisi yang lebih fleksibel dan dapat menavigasi antara relasi politik dengan Megawati atau Jokowi, tergantung pada dinamika politik yang sedang terjadi, meski  relasi politik antara Megawati dan Jokowi saat ini, jaraknya terasa sangat jauh seperti langit dengan bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun