Oleh karena itu, ketika move politik Koalisi Besar yang dimotori oleh beberapa Ketua Partai Politik dalam  membuat wacana untuk konsolidasi membangun Kekuatan Politik tanpa kehadiran PDI-P, maka di luar dugaan banyak kalangan, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri secara elegan mengumumkan  Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden.
Momentum pengumumannya itu pun mengejutkan banyak pihak, karena tampak terasa mendadak dan  tergesa-gesa, serta luput  dari  perkiraan banyak pihak bahwa, sejatinya  PDI-P akan mengumumkannya pada  Tanggal 1 Juni 2023 sebagai Peringatan Hari Lahirnya Pancasila, atau Tanggal 6 Juni 2023 sebagai Peringatan Hari Lahirnya Bung Karno, Proklamator Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kemudian, fakta politik pun memperlihatkan kepada semua pihak bahwa, setelah PDI-P mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden, maka semua konstelasi dan konfigurasi Politik menjadi berubah secara signifikan.
Dengan demikian, secara politis dapat disinyalir pula bahwa,  peta perubahan Koalisi dan atau Kerjasama Politik menjadi semakin dinamis melalui pertimbangan politik yang lugas, otentik dan terukur,  karena ada  Faktor Determinasi  Politik sebagai The King Maker, yaitu Presiden  Joko Widodo sebagai Satu Faksi Kekuatan Politik yang amat Besar dan Berpengaruh di Negeri ini.
Dikatakan demikian, karena secara empiris, tampak  terasa  bahwa, di luar faktor Partai Politik sebagai pemegang otoritas mengenai how to get power,  ternyata ada dimensi lain di luar Partai Politik dalam rangka how to use power,  yang sekarang lebih populer diberikan  terminologi secara Politis sebagai "Kekuatan Istana".
Dengan demikian,  entitas dalam diksi  ini merupakan Variabel Politik yang "Sangat Kuat" dan akan menjadi The King Maker untuk menuju  ke Momentum Politik dalam Pilpres 2024.
Lebih lanjut, dapat dipahami juga  bahwa, dalam perjalanan sejarah bangsa ini,  sudah ada tujuh Presiden Republik Indonesia, sejak awal Proklamasi Kemerdekaan sampai sekarang,  yaitu Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden  Habibie, Presiden Abdurahman Wahid, Presiden Megawati Soekarno Putri, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, dan Presiden Joko Widodo, yang selanjutnya dalam tulisan ini disebut sebagai Jokowi.
Ketujuh Presiden ini memiliki ciri personal tersendiri dengan tipologi leadership sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan dengan  corak, cara, bentuk, gaya,  pola dan  arah  kepemimpinan yang diterapkan secara  khas pada waktu dan periodenya masing-masing.
Corak dan cara ini, senantiasa diterapkan secara berbeda, meski peran dan orientasi kepemimpinannya relatif sama, yakni Memimpin Indonesia menjadi Bangsa dan Negara yang berdaulat, secara Sosial Ekonomi dan Sosial Politik, berdasarkan Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa Indonesia.
Jokowi, "Kuda Hitam" Â yang Tak Pernah Dihitung
Dalam sejarah perkembangan politik domestik di Negeri ini, bangsa Indonesia pernah mengalami kondisi sosial politik yang sangat represif dan  mencekam,  dengan nuansa politik yang cenderung otoriter, terutama pada masa dan rezim Orde Baru, yang berlangsung kurang lebih selama 32 tahun.